Thursday, August 30, 2012

Sukses ada di Garis Tanganmu



Pada suatu saat, ada seorang konglomerat dan pengusaha kaya. Hebatnya, kekayaan itu menurut banyak pihak diperoleh benar-benar dari nol. Karena itu, apa yang dilakukannya mampu menginspirasi banyak orang.
Suatu ketika, karena penasaran, ada seorang pemuda ingin belajar menimba pengalaman dari sang pengusaha. Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya sang pemuda berhasil menemui si pengusaha sukses.
“Terimakasih Bapak mau menerima saya. Terus terang saya sangat ingin menimba pengalaman dari Bapak sehingga bisa sukses seperti Bapak,” ujar pemuda itu.
Mendengar permintaan itu, sang pengusaha tersenyum sejenak. Kemudian, ia pun meminta anak muda tadi menengadahkan tangannya. Si pemuda pun terheran-heran. Namun, lantas si pengusaha pun menjelaskan maksudnya.
“Biar aku lihat garis tanganmu. Dan, simaklah baik-baik apa pendapatku tentangmu sebelum aku memberikan pelajaran seperti yang kamu minta,” jawab pengusaha tersebut. Setelah menengadahkan kedua tangannya, si pengusaha pun berkata, “Lihatlah telapak tanganmu ini. Di sini ada beberapa garis utama yang menentukan nasib. Di sana ada garis kehidupan. Kemudian, di sini ada garis rezeki dan ada pula garis jodoh. Sekarang, menggenggamlah. Di mana semua garis tadi?”
“Di dalam telapak tangan yang saya genggam.” Jawab si pemuda yang penasaran.
“Nah, apa artinya itu? Hal itu mengandung arti, bahwa apapun takdir dan keadaanmu kelak, semua itu ada dalam genggamanmu sendiri. Kamu lihat bukan? Bahwa semua garis tadi ada di tanganmu. Dan, begitulah rahasia suksesku selama ini. Aku berjuang dan berusaha dengan berbagai cara untuk menentukan nasibku sendiri,” terang si pengusaha. “Tetapi coba lihat pula genggamanmu. Bukankah masih ada garis yang tidak ikut tergenggam? Sisa garis itulah yang berada di luar kendalimu. Karena di sanalah letak kekuatan Sang Maha Pencipta yang kita tidak akan mampu lakukan dan itulah bagianNya Tuhan.
Genggam dan lakukan bagianmu dengan kerja keras dan sungguh, dan bawalah kepada Tuhan bagian yang tidak mampu engkau lakukan!



Sumber : artikelindonesia.com

Wednesday, August 29, 2012

Joshua Bell : "BERHENTILAH SEJENAK DAN DENGARKAN"

 
Pada suatu pagi, di bulan Januari yang dingin, seorang pria duduk di sebuah bangku stasiun di Washington DC dan beberapa saat kemudian mulai bermain biola. Dia memainkan 6 lagu Bach selama kurang lebih 45 menit. Pada waktu itu, karena jam sibuk, di perkirakan ada sekitar 1000 orang lebih yang melewati stasiun tersebut, sebagian besar mereka adalah berangkat kerja.
Tiga menit berlalu, nampak seorang pria tua meperhatikan dan menyadari bahwa ada seorang musisi bermain. Dia memperlambat kecepatannya, dan berhenti beberapa detik, dan kemudian dengan secara tergesa-gesa berlalu untuk mengejar jadwalnya.
Satu menit kemudian, pemain biola itu menerima tips 1 dollar pertamanya ketika seorang wanita melemparkan uang tersebut tanpa berhenti dan terus berjalan. Beberapa menit kemudian, seseorang bersandar di dinding untuk mendengarkannya, tetapi pria itu kemudian melihat jamnya dan berjalan lagi. Jelas bahwa dia terlambat untuk kerja.
Seseorang yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh adalah seorang bocah berumur 3 tahun. Ibunya menggandeng dengan terburu-buru tetapi anak tersebut berhenti untuk melihat sang pemain biola. Akhirnya, ibunya menarik lengan anak tersebut, dan kembali berjalan, sambil membalikkan kepalanya. Kejadian itu terulang juga pada beberapa anak lainnya. Dan orang tua mereka juga memaksa mereka untuk terus berjalan.
Selama 45 menit musisi itu bermain biola, dan hanya 6 orang yang berhenti untuk melihatnya. Sekitar 20 orang memberikannya uangnya, tetapi kemudian melanjutkan perjalanannya. Dia mengumpulkan $32. Ketika dia selesai bermain dan keheningan muncul, tidak ada tepuk tangan atau penghargaan apapun.
Dari ribuan orang yang melewatinya, hanya satu orang yang mengenalinya sebagai seorang musisi terkenal. Wanita ini pun menyapa pemain biola tersebut dan berkata bahwa dia sebelumnya melihat pertunjukannya di tempat lain dan sangat mengaguminya. Pemain biola pun mendekatinya, terjadi sedikit perbincangan tentang kejadian di stasiun tersebut.
Pemain biola tersebut adalah Joshua Bell, salah seorang musisi paling bertalenta di dunia. Ia baru saja memainkan salah satu musik terumit yang pernah dituliskan, dengan sebuah biola seharga 3.5 juta dollar. Dua hari sebelum permainannya di kereta api bawah tanah, Joshua Bell bermain di sebuah teater di Boston dengan tiket yang sold-out dengan harga rata-rata $100.
 Ini adalah cerita nyata. Joshua Bell menyamar untuk bermain di stasiun dan acara tersebut diatur oleh Washington Post sebagai bagian dari eksperimen sosial tentang persepsi, rasa dan prioritas dari orang-orang. Bahan percobaannya adalah: dalam sebuah lingkungan yang umum pada waktu yang tidak tepat: Apakah kita menghargai sebuah keindahan? Apakah kita akan berhenti untuk menghargainya? Apakah kita akan mengenal talenta tersebut dalam konteks yang tidak terduga?
Salah satu kesimpulan yang mungkin bisa diambil dari percobaan ini adalah:
Jikalau kita tidak memiliki waktu untuk berhenti dan mendengarkan salah seorang musisi terbaik di dunia memainkan musik terbaik yang pernah ditulisnya, berapa banyak hal lainnya yang telah kita lewatkan dan kita kehilangan?
Berhentilah sejenak dan dengarkan.
Sering kali kita bergerak terlalu cepat dan terburu-buru sehingga kita kehilangan begitu banyak hal berharga di dalam hidup kita.


Tuesday, August 28, 2012

5 Pelajaran Entrepreneurship dari Neil Armstrong


Siapa tidak mengenal sosok manusia pertama yang menjejakkan kaki di bulan  ini? Dialah Neil Armstrong, astronot Apollo 11 yang legendaris. Wafatnya Armstrong Sabtu kemarin meninggalkan duka mendalam dan mengingatkan kita betapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia jika mereka mau bekerja keras untuk menembus batas yang ada.

Neil Armstrong terlahir di Wapakoneta, Ohio, pada tanggal 5 Agustus 1930. Setelah ikut berperang dalam Perang Korea dan menyelesaikan kuliah, ia bergabung dalam organisasi yang kemudian menjadi NASA. Ia bergabung dalam program astronot di tahun 1962 dan diangkat sebagai pilot komando untuk misi pertamanya Gemini VIII.

Dari pribadi yang begitu kaya dengan pengalaman dan perjalanan hidup, semua orang termasuk entrepreneur bisa menimba pelajaran dari kehidupan mantan astronot yang meninggal pada usia 82 tahun ini. Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan hidup lulusan Purdue University tersebut.

Kerendahhatian
Armstrong adalah manusia pertama yang menjejakkan kakinya di permukaan bulan tahun 1969. Ia dikenal sebagai pribadi yang rendah hati meski bisa sombong dengan gelar tersebut. Banyak warga Amerika berharap Armstrong yang berasal dari Ohio ini muncul lebih banyak dalam sorotan publik dan media massa. Namun, ia menolak. Ia mengingat kita bahwa para pahlawan bisa saja menunjukkan prestasi dan kebesaran tanpa harus secara berlebihan memamerkan pada masyarakat luas. Bahkan saat berada di pusat konflik Perang Dingin saat itu yang berlangsung antara AS dan Uni Soviet.

Entrepreneur bukanlah sosok yang haus popularitas, sebagaimana dicontohkan oleh Armstrong. Ia lebih banyak bekerja di balik panggung. Demikian pulalah seorang entrepreneur perlu mengarahkan dirinya, untuk lebih banyak bekerja daripada berbicara, menonjolkan prestasi bukan sensasi. Tentu saja popularitas bukan hal terlarang tetapi mari anggap itu sebagai sebuah bonus, bukan tujuan utama.

Keberanian menantang ketidakpastian
Pemuda cerdas dari daerah pertanian Wapakoneta itu membuat AS bangga saat ia menuruni tangga Eagle pada tanggal 20 Juli 1969. Armstrong yang pernah bekerja sebagai pilot pesawat tempur AU ini menunjukkan keberanian yang tinggi saat ia mendaratkan modul antariksa tersebut di permukaan bulan di tengah kondisi yang sunyi senyap padahal saat itu kondisi bahan bakar sudah hampir kosong.

Neil Armstrong memiliki jiwa penjelajah sejati. Ia dengan tenang menghadapi bahaya besar dan belum diketahui untuk mendorong batas yang masih mengungkung umat manusia yang terikat di bumi. Meski ia memang bisa dianggap beruntung sudah dipilih sebagai salah stau awak kunci Apollo XI, ia berhasil menjalankan misi dengan sempurna.

Keberanian Armstrong bisa diteladani oleh entrepreneur manapun dalam mengelola bisnis mereka yang tidak selalu mulus dan sesuai harapan. Saat entrepreneur ingin menyerah karena beratnya masalah bisnis yang harus ditanggung, ingatlah bahwa ada kondisi lain yang jauh lebih genting dan parah.

Fokus pada tujuan dan misi besar
Kini dan nanti, Armstrong mengingatkan kita pada apa yang bisa dicapai umat manusia dengan berbekal ilmu pengetahuan dan teknologi di hampir semua bidang kehidupan. Semua impian bisa dicapai saat seseorang memiliki tujuan dan misi di atas kemuliaan pribadi. Itulah yang bisa entrepreneur pelajari saat menjalankan bisnisnya. Hendaknya entrepreneur bekerja bukan semata untuk mengejar keuntungan pribadi tetapi menciptakan kehidupan yang lebih baik, sejahtera bagi manusia pada umumnya.

Keyakinan teguh pada Sang PenciptaSalah satu kutipan yang paling dikenal dari Neil Armstrong ialah: “I believe that the Good Lord gave us a finite number of heartbeats and I'm damned if I'm going to use up mine running up and down a street.” Kutipan tadi menyiratkan keyakinan Armstrong pada Tuhan dan keinginannya untuk mendedikasikan setiap detak jantungnya (kehidupannya) yang terbatas itu pada hal yang jauh lebih berguna bagi orang banyak.

Jiwa pemimpin yang solid
Armstrong bertindak sebagai pimpinan pesawat ruang angkasa Apollo 11. Pesawat ini adalah misi angkasa luar ke bulan pertama yang diawaki oleh manusia. Misi ini memang tak berjalan mulus. Terjadi ledakan di pesawat tersebut saat dalam perjalanan ke bulan. Awalnya Apollo 11 juga tak mampu mendarat ke bulan dan berisiko pulang ke bumi dengan tanpa hampa. Dan di sisi lain, keselamatan awak yang terdiri dari 3 orang astronot juga terancam. Akan tetapi Armstrong berhasil melewati itu semua.

Selain itu, Armstrong juga mendemonstrasikan kedalaman pengetahuan dan manajemen krisis yang di atas rata-rata. Ia dan timnya mampu menciptakan pengubah karbondioksida dari bahan-bahan yang terbatas ada di pesawat saja. (*AP)

Sunday, August 26, 2012

Fauzan Efwandaputra CEO Foremost Indonesia



Anak muda selalu punya gaya. Soal selera, hanya anak muda pula yang memahaminya. Fauzan Efwandaputra, 23, menghimpun anak-anak muda lainnya untuk memproduksi benda keren impian mereka: sepatu kulit mahal handmade bergaya western berciri khas Indonesia.

Jalan-jalan di kawasan Jalan Trunojoyo, Bandung, adalah kegemaran Fauzan Efwan daputra sejak SMP. Efwan, sapaannya, paling doyan menghabiskan uang jajan di surganya distribution store alias distro di Kota Kembang itu.

”Waktu itu, ya kami suka ngabisin duit,” kata Efwan. Tak sekadar menghabiskan uang jajan, Efwan juga punya khayalan. Dia pengin punya distro dan memajang produk-produk fashion-nya sendiri. ”Biasalah, pengin ini pengin itu.”

Impian Efwan mulai menuju titik nyata ketika kuliah. Awal 2010, Efwan mulai menekuni bisnis fashion anak muda dengan cara coba-coba. Coba-coba bikin sepatu, dompet, hingga kaus. Partner bisnis juga masih coba-coba. Dengan si ini, dia cocok. Tetapi, kebanyakan tidak cocok. Hingga akhirnya pada pengujung 2010, Efwan mendirikan Foremost Indonesia. Dia berpartner dengan rekan sejawatnya, Yusuf Ramdhani. Keduanya menjadi pendiri sekaligus pemegang saham Foremost hingga kini.

Efwan memulai bisnis dengan memasarkan produk secara online. Dengan sistem pesan di muka, bisnisnya hampir tanpa modal. Cukup pasang foto contoh, ada order, uang masuk rekening, baru sepatu dibikin. Namun, akhirnya Efwan kewalahan dengan sistem itu. ”Pusing. Banyak yang rewel. Apalagi uang orang ada dikita, butuh kepastian, sedangkan kita lagi produksi,” kenang Efwan.

Akhirnya, dimulailah sistem ready stock. Produk yang dijajakan juga mulai fokus ke sepatu kulit. Eksplorasi produk mulai ditekuni sehingga menjadi suatu ciri. Foremost memilih bahan kulit sapi kualitas terbaik, dibuat secara handmade untuk menjamin jahitan yang rapi. Ada tambahan spons insole sehingga memberi kenyamanan ekstra. Outsole dibikin dengan original sole berbahan dasar karet matang.

Soal gaya, kata Fauzan, Foremost memang memilih gaya western yang digemari anak muda. Namun, ciri khas keindonesiaan tetap ingin ditonjolkan. Original sole Foremost bergambar peta pulau Nusantara dan tulisan aksara Sunda yang berarti ”Kebanggaan Indonesia”. Seperti namanya, Fauzan ingin menjadikan Foremost sebagai merek terkemuka dari Indonesia. Tak Masalah Modal Cekak

Modal kerap menjadi masalah bagi yang ingin merintis bisnis. Namun, itu tak berlaku bagi Efwan. Baginya, tekad kuat untuk memulai berusaha adalah hal terpenting untuk membangun usaha. Ketika memulai dengan sistem pre-order, modal yang dipakai juga tidak banyak. ”Orang bilang kalau pre-order itu modal parkir doang,” katanya.

Setelah diharuskan menggunakan sistem ready stock, Fauzan juga mengaku tidak bermodal banyak. ”Yang penting cukup buat modal kerja dulu,” tambahnya.

Menurut Efwan, masalah penting yang kerap menimpa pebisnis pemula adalah keilmuan yang masih terbatas. Misalnya, pengetahuan mengenai pengelolaan manajemen dan keuangan. ”Akhirnya, saya banyak konsultasi manajemen dengan teman-teman yang lain. Juga belajar merancang laporan keuangan. Itu sangat berguna.”

Untuk pemasaran, Foremost bermain di zona market horizontal. ”Kalau ini tidak terlalu bermasalah asal tak bodoh banget tentang Facebook dan Twitter,” katanya. Setelah sukses bermain di online, dukungan lini offline mulai dibangun. Titik-titik distribusi mulai diseleksi dan dieksekusi.

Sebagaimana merek-merek baru lain yang sedang nge-tren, Foremost juga sangat mengandalkan curated market atau pasar terkurasi. Ajang pameran yang menyeleksi merek-merek terpilih tersebut semakin menguatkan image merek Foremost di mata pencinta sepatu kulit. Ajang curated market yang nge-top adalah Trademark dan Brightspot.

Foremost sudah merilis belasan model. Segmen yang dipilih adalah rentang usia 18–25 tahun alias segmen anak muda menengah ke atas. Foremost dilepas ke pasar dengan harga yang cukup premium, yakni Rp 515 ribu hingga Rp 900 ribuan.



Dalam pemasaran, ada tiga segmen yang menjanjikan market yang menggiurkan. Selain anak muda, ada perempuan dan netizen atau orang tua yang ingin tetap bergaya masa kini. Namun, Efwan beserta timnya memutuskan untuk fokus di segmen anak muda, khususnya cowok. Putusan tersebut diambil lebih karena pemahaman akan selera pasar. Dengan tim yang semuanya cowok, Efwan belum berani menyasar ke segmen perempuan. ”Kalau cowok seumuran ini, kitalah yang paling mendalami. Tapi, kalau cewek, takutnya ngeblur,” katanya. ”Prinsipnya, apa yang kita mau, kita tahu. Yang kita ciptakan adalah yang benar-benar kita butuhkan,” imbuhnya.

Diversifikasi produk juga mulai digarap dengan merilis produk sampingan seperti dompet dan kaus. Foremost juga membangun merek sekunder dengan menyasar segmen harga menengah ke bawah dengan mengusung merek Mc Marker yang baru dirilis pada Maret. Sambutannya cukup meriah.

Dengan harga murah meriah, rata-rata penjualan Mc Marker per bulan bisa menembus 300 pasang. Sementara itu, Foremost masih sangat musiman. Menjelang akhir tahun, Foremost bisa terjual 200 pasang sebulan.

Mc Marker awalnya dibuat sebagai bantalan bisnis agar bisa memutar modal. Namun, karena sambutannya cukup baik, merek sepatu dengan harga berkisar Rp 120 ribu hingga Rp 300 ribu tersebut juga diseriusi. ”Kalau Foremost seperti menjual Mercy, Mc Marker seperti jual Avanza,” katanya.

Saturday, August 25, 2012

Tiramisu Cup ala Endang dan Suli



Keluarga ini pernah mengalami cobaan berat. Menolak untuk menyerah, keduanya berusaha melahirkan kembali usaha kue yang telah dirintis sebelumnya dan berhasil! Selain omzet berlipat ganda, bisnis tiramisu ini mereka jadikan motivasi untuk selalu berbuat baik pada sesama.

Tahun 2005 silam Endang Pudjiati harus kehilangan suami tercinta, Indayanto, yang meninggal akibat penyakit liver. Sebagai orang tua tunggal, Endang harus mencari pemasukan sendiri. Apalagi saat itu ketiga putra putrinya, Avit, Arief, dan Suli, masih butuh biaya. “Ada yang baru masuk kerja, dan ada pula yang masih kuliah,” papar wanita yang juga berprofesi sebagai relawan rohani


Kebetulan Endang hobi memasak dan pandai membuat tiramisu. Kue asal Italia yang punya aroma khas kopi ini merupakan  penganan favorit keluarga mereka. Si bungsu Suli pun akhirnya mendorong sang bunda untuk menjual tiramisu tersebut ke kampus. “Saya yang menjual ke teman-teman. Waktu itu yang ada dalam pikiran saya adalah bagaimana bisa Mandiri. Selain itu, saya merasa usaha ini bisa sekaligus memotivasi ibu untuk maju setelah ayah tiada,” ujar wanita bernama lengkap Dewi Suli Nurul Safitri tersebut.

Melihat semangat Suli, Endang pun jadi ikut semangat. Pasangan ibu-anak ini sepakat menjual tiramisu untuk mendapat pemasukan. Suli yang juga piawai membuat tiramisu menjajakan kue itu ke teman-teman kuliah. Ternyata mereka semua ketagihan. “Kabar pun menyebar dari mulut ke mulut dan selanjutnya pesanan mulai berdatangan,” ujar wanita kelahiran Denpasar, 25 April 1986 itu.

Menurut Endang, meski berskala rumahan, usaha tiramisu memberi keuntungan lumayan dan bisa membantu keuangan keluarga. Ketika baru mulai, konsep yang diterapkan sangat sederhana. Promosi hanya dilakukan dari mulut ke mulut, kemasan masih polos, dan belum ada variasi rasa. “Waktu itu kami masih menjual ClassicTiramisu, yakni tiramisu dengan paduan cokelat saja. Meski begitu, yang membeli ada saja karena mereka puas dengan rasanya. Tidak pahit,” papar Endang yang lahir di Jakarta, 24 November 1957 ini.

Kolaborasi keluarga perbaharui usaha
Untuk memulai pengembangan bisnis itu, mereka mengumpulkan modal bersama. Masing-masing anak menyumbangkan dana sebesar Rp 5 juta. Modal yang telah terkumpul itu digunakan untuk membuat media promosi, seperti brosur dan kartu nama, serta membeli materi kemasan, antara lain boks dan cup untuk wadah tiramisu.

Untuk membuat konsep yang baru, Endang dan anak-anaknya saling berbagi tugas. Putra pertamanya Avit, memegang peran dalam menangani konsep produk dan mengatur kegiatan usaha, sementara menantu Endang, Lucy Wiryono, yang dikenal publik sebagai presenter berbagai program televisi dan penyiar radio, turun tangan menjadi humas dan marketing. Anak keduanya Arief, menangani bagian pengadaan barang, sementara Suli bertugas mengawasi operasional dan pembukuan keuangan. Endang sendiri menangani kegiatan produksi dan inovasi produk.

Dengan sistem yang dimatangkan ini, lahirlah produk bernama MISU yang diambil dari kata "tiramisu". Nama produk sengaja dibuat sesimpel mungkin agar orang selalu ingat. Kemasan produk juga didesain sedemikian rupa agar tampilan cup dan warna terlihat menarik.

“Karena lebih banyak krimnya, tiramisu produk kami lebih cocok ditaruh di kemasan cup. Ini akan memudahkan konsumen saat memakannya. Tidak perlu dipotong-potong lagi sehingga tidak belepotan saat dimakan,” jelas Suli yang kini tengah mengandung anak pertama.

Untuk variasi, selain Classic Tiramisu Endang mengembangkan satu inovasi yang dinamakan Tiramisu Green Tea. Selanjutnya ia akan meluncurkan produk baru dengan varian rasa buah blueberry.

Untuk mengembangkan usaha, Misu juga dipasarkan lewat jejaring sosial. Ternyata responsnya sangat positif. Saat baru diluncurkan lewat akun Twitter, beberapa hari kemudian Endang dan Suli sudah mendapat order sebanyak 425 cup. Endang awalnya kaget dan tidak percaya, begitupun anak-anak mereka.

Order berkali-kali lipat
Kini  dalam proses produksi,  Endang sudah dibantu oleh 3 tenaga kerja dan 2 kurir. Setiap hari ia memproduksi 150 cup tiramisu. Untuk sebulan rata-rata  2.500 cup tiramisu terjual. Salah satu faktor yang membuat kreasi Endang sangat digemari adalah cita rasanya.

“Para pembeli suka karena rasanya tidak sepahit buatan Eropa. Kami memang berupaya untuk menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia yang gemar penganan manis. Oleh karenanya, bahan-bahan seperti krim, susu, kopi, dan cokelat harus dipadu sedemikian rupa agar mendapatkan rasa manis, namun tetap ringan dan gurih,” jelas Endang.

Perubahan konsep dan persiapan yang jauh lebih matang mendatangkan hasil menggembirakan. Menurut Endang, penjualannya meningkat hingga berkali-kali lipat dibanding ketika mereka masih mengandalkan cara lama. “Dulu, kan, hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Sekarang, berkat terobosan di bagian promosi dan marketing, kemajuannya signifikan,” ujarnya bahagia.

Tak ingin cepat puas dengan hasil yang ada, Endang dan anak-anak terus berusaha mengembangkan usaha. Kini mereka juga akan menyasar perusahaan-perusahaan. “Kami sudah pernah melayani order sampai ratusan cup untuk perusahaan yang ingin berbagi dengan karyawan,” ujar Endang senang. (*/Majalah Sekar)

Thursday, August 23, 2012

Sukses Muda Ala Merry Riana





Setahun setelah ia bekerja dan usianya baru beranjak 23 tahun, Merry sudah berpenghasilan 220.000 dollar Si­ngapura atau sekira Rp. 1,5 miliar de­ngan nilai tukar saat ini. Setahun berikut­nya, yakni 2004, dia mendirikan perusa­haan dengan ben­dera Merry Riana Organization (MRO). Dua tahun kemu­ dian di usia 26 tahun, penghasilan totalnya mencapai 1 juta do­llar Singapura seki­tar Rp 7 miliar.
Kerusuhan Mei 98
Ya, ia di-"ungsikan" oleh orang tuanya ke Negeri Singa saat terjadi kerusuhan di Jakarta pada medium Mei 1998 silam. Singapura menjadi pilihan bagi orang tua Merry, selain dekat juga system pendidikan di sana relatif lebih baik.
Saat itu Merry baru lulus SMA. Cita- citanya untuk melanjutkan kulian di Universitas Trisakti pun buyar karena peristiwa mengenaskan itu. Demi alasan keselamatan ia pun dikirim ke Singapura untuk melanjutkan pendidikannya.
"Waktu itu rasanya seperti dalam film perang. Saya diminta pergi agar saya selamat," ungkap Merry merasakan kesedihanannya yang terjadi 13 tahun lalu kepada KOMPAS (17/7). Tanpa persiapan yang memadai untuk kuliah di luar negeri, ia sempat gagal dalam tes bahasa Inggris di Nanyang Technological University.
Orangtua Merry adalah seorang pebisnis dan ibu rumah tangga. Dengan penuh keberanian, sulung dari 3 bersaudara ini tinggal di Singapura dan mengadu untung di sana. Karena dorongan sang ayah, Merry bercita-cita menjadi seorang insinyur. Cita-citanya tersebut mungkin karena ingin membantu sang ayah dalam menjalankan bisnis.
Merry mulai belajar di bangku kuliah di jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE) di Nanyang Technological University (NTU) pada 1998. Merry mengaku jurusan ini menjadi jurusan paling masuk akal baginya saat itu.
Tanpa bekal dana yang memadai, Merry meminjam dana dari Pemerintah Singapura. Tak hanya untuk biaya kuliah, tetapi juga untuk hidup sehari-hari. Nilai utangnya saat itu mencapai 40.000 dollar Singapura.
Selama kuliah ia harus hidup superhemat. Uang sakunya yang hanya 10 dolar membuatnya harus memutar otak untuk bisa bertahan hidup. Untuk makan, misalnya, Merry lebih sering makan rotatau mie instan, bahkan berpuasa.
Ketika masa kuliahnya memasuki tahun kedua dan menyadari bahwa hidupnya tak berubah, ia mulai membangun mimpi. "Saya membuat resolusi ketika ulang tahun ke-20. Saya harus punya kebebasan financial sebelum usia 30. Dengan kata lain, harus jadi orang sukses. The lowest point in my life membuat saya ingin mewujudkan mimpi tersebut,"papar Merry.
Sembari belajar di NTU, Merry harus menabung untuk membayar pengeluaran sehari-hari dan biaya kuliah. Merry menyadari bahwa ia harus memikirkan masa depannya. Dengan kewajiban pelunasan pinjaman sebanyak itu saat lulus dari bangku kuliah, Merry mulai bekerja keras dan ingin mencapai kesuksesan di usia 30 tahun.
Meski sudah menancapkan impian dan didukung semangat yang menggebu, Merry belum menentukan cara mewujudkannya. Pikirannya baru terbuka setelah magang di perusahaan produsen semikonduktor. Dari situlah ia mulai melakukan hitung-hitungan, seandainya dia menjadi karyawan perusahaan seusai kuliah, maka ia baru bisa melunasi hutangnya dalam waktu 10 tahun, tanpa tabungan.
Memilih Wirausaha
Merry pun menyimpulkan, dengan cara itu impiannya tak bakal terwujud. Inilah yang akhirnya membuatnya mengambil keputusan memilih jalan berwirausaha untuk mencapai mimpinya.
Tanpa pengalaman dan pengetahuan bisnis yang memadai, Merry terjun ke dalam dunia bisnis. Ia mencoba berbagai peluang bisnis. Salah satunya terjun ke multy level marketing. Sayangnya ia tak berhasil di sini, bahkan rugi 200 dollar. Kemudian suatu saat Merry berinvestasi pada saham dengan mengandalkan uang tabungannya yang susah payah ia kumpulkan. Sayang, Merry kehilangan semua investasinya sejumlah 10.000. Meski begitu, Merry kembali bangkit dan berusaha keras untuk menyelesaikan kuliahnya dan menjadi entrepreneur.
Saat Merry memulai karier sebagai seorang penasihat keuangan, ia harus bergulat dengan sejumlah tantangan dan hambatan. Orang tuanya, dosen serta teman-temannya kurang setuju dengan keputusan Merry tersebut. Merry saat itu belum memiliki kemampuan berbahasa Mandarin padahal lebih dari separuh penduduk Singapura ialah etnis China. Sebagai seorang pendatang asing di sana, pengalaman dan relasi Merry sangat terbatas.
Tamat kuliah barulah Merry mempersiapkan diri dengan matang. Belajar dari pengalaman pengusaha sukses, dia mulai dari sektor penjualan di bidang jasa keuangan. Kerja kerasnya menjual berbagai produk keuangan, seperti tabungan, asuransi, dan kartu kredit, hingga 14 jam sehari mulai membuahkan hasil. Dalam waktu enam bulan, ia mampu melunasi utangnya pada Pemerintah Singapura. Tunai!
Atas prestasi yang diraihnya, tahun 2003, Merry dianugrahi Penghargaan Penasihat Baru Teratas yang diidam-idam- kan banyak orang yang menekuni profesi penasihat keuangan. Di tahun 2004, prestasi Merry yang cemerlang membuatnya dipromosikan sebagai manajer.
Dengan bekal manajer itu Merry lantas membentuk tim sendiri hingga akhirnya mendirikan MRO. Setahun setelah itu (2005), Merry menerima penghargaan sebagai Top Agency of the Year dan penghargaan Top Rookie Agency. Dengan penghasilan total 1 juta dollar Singapura di usia 26 tahun, ambisi Merry saat beru sia 20 tahun terwujud.

Seiring dengan usianya yang kian dewasa, menghasilkan uang hingga jutaan dollar bukan menjadi satu-satunya tujuan hidup Merry. Istri Alva Tjenderasa (31) ini lebih menikmati hidup ketika orang lain memperoleh kesuksesan seperti dia.
Tak segan-segan ia membagi pengalaman suksesnya pada orang lain melalui berbagai cara, seperti menjadi pembicara di seminar, perusahaan, sekolah, serta melalui media jejaring social, media massa, dan menulis buku yang tentunya sangat menginspirasi.
Keinginannya untuk terus berbagi tak hanya ia lakukan di Singapura. Pada ulang tahunnya ke-30, ibu dari Alvernia Mary Liu (2,9) ini membuat resolusi baru, yaitu memberi dampak positif pada 1 juta orang di Asia, terutama di tanah kelahirannya, Indonesia. Khusus bagi kaum muda, Group Di rector MRA ini berharap para pemuda mampu memberikan kehidupan yang lebih baik, tak hanya bagi diri mereka sendiri tetapi juga orang tua mereka dan anggota keluarga mereka yang lain.[]berbagai sumber

Merry Riana Tempat tanggal lahir: Jakarta, 29 Mei 1980 Nama Suami: Alva Tjenderasa (31) Nama Anak: Alvernia Mary Liu (2,9) Pendidikan: S-1 Teknik Elektro Nanyang Technological University, Singapura (1998-2002)7 Pekerjaan: Group Director Merry Riana Organization Penghargaan:
• Salah satu pengusaha terbaik di Singapura dari Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura (2008)
• Salah satu wanita paling sukses dan inspiratif dari Menteri Kepemudaan dan Olahraga Singapura (2010)
• Wanita paling inspiratif pada salah satu majalah bulanan Inspirational Woman Magazine (2011)
• Salah satu eksekutuf paling professional dari penampilan dan keahlian berkomunikasi dari surat kabar My Paper, Singapura (2010)
• Duta LG Asia, Watson, dan Canon (2010-2011).
Sumber: KOMPAS (17/8)

Wednesday, August 22, 2012

Billy Boen: Bisnis Butuh Tekad, Bukan Nekat

Menjadi seorang entrepreneur membutuhkan persiapan matang agar bisnis yang dijalankan bisa benar-benar berhasil. "Orang yang berwirausaha tidak 100 persen semuanya berhasil. Ini disebabkan mereka belum punya tekad untuk berwirausaha," ungkap pengusaha muda Billy Boen, dalam acara peluncuran sebuah buku di Jakarta, beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan, kegagalan dalam memulai bisnis pada dasarnya terletak pada kemauan atau tekad yang dimiliki seseorang. Sampai saat ini masih banyak orang yang memulai bisnis dengan modal nekat saja. Bagi Billy, memulai bisnis dengan modal nekat justru membuat Anda lebih mudah mengalami kegagalan karena menghadapi beragam masalah dan akhirnya berhenti berusaha. "Sebagian besar kegagalan bisnis disebabkan karena kenekatan seseorang. Mereka tergiur untuk menangguk untung yang tinggi dalam waktu singkat berbisnis," bebernya. Billy menjelaskan bahwa pada dasarnya nekat dan tekad berbisnis memiliki arti yang sangat berbeda. Nekat berbisnis memiliki arti bahwa Anda tidak punya persiapan dan perhitungan yang tepat terhadap bisnis yang akan dijalankan. Ketika nekat berbisnis, Anda tidak berpikir panjang tentang berbagai hal yang harus dilakukan untuk memulai bisnis, misalnya survei pasar, lokasi usaha, persaingan, modal, sampai jenis produk yang akan dipasarkan. Kenekatan dalam berbisnis juga akan membuat Anda tidak siap ketika mengalami kegagalan dan harus gulung tikar. Dibanding nekat, tekad-lah yang sebaiknya dipupuk agar bisnis bisa berjalan baik. Ketika memiliki tekad, Anda akan benar-benar memperhitungkan segala sesuatunya, mulai dari pangsa pasar, lokasi, target market, jenis usaha, modal, BEP, sampai inovasi yang dilakukan agar produk Anda dilirik dan laris di pasaran. Tekad akan membantu Anda untuk tetap kreatif dan inovatif dibandingkan hanya sekadar ikut-ikutan berbisnis. Saat Anda punya tekad untuk membangun usaha, secara tak langsung Anda juga sudah memiliki mental pengusaha yang kuat. "Tak semua orang punya mental dan jiwa wirausaha. Seseorang yang punya mental wirausaha pasti siap menerima risiko kegagalan seberat apa pun dan siap untuk bangkit kembali," pungkas Billy. (*/Kompas.com)

Monday, August 20, 2012

Meraih Kesuksesan Itu Nyata

 



Kesuksesan bukan sebuah faktor kebetulan. Sukses juga bukan sebuah jalan yang sulit. Namun, mengapa ada orang yang sukses dan ada pula orang yang mengalami sebuah kegagalan. Dengan memahami hal ini, mungkin kita jauh lebih mudah menggapai puncak-puncak kesuksesan.


Ternyata ini hanya sebuah permainan pikiran. Apa yang ada dalam pikiran kita akan mengejawantahkan dalam berbagai sikap, perilaku dan kebiasaan kita. Saya bisa katakan penyakit pertama yang harus kita obati adalah pikiran kita. Istilahnya itu adalah kita perlu install ulang otak kita sehingga kita benar-benar lahir baru kembali menjadi manusia berbeda, menjadi manusia yang jauh lebih baik lagi untuk kedepannya.

Intinya yang perlu kita pahami adalah, setiap kita sudah mengambil keputusan, kita harus tahu bahwa mulai hari itu pekerjaan kita adalah menyelesaikan masalah, mengatasi hambatan, dan melanjutkan perjalanan.

Kalau ini kita sadari, jauh lebih enjoy dan tidak kaget. Begitulah memang sunnatullah-nya, track itu pasti harus kita lalui. You are on the right track. Anda berada dalam jalan normal (lazim). Sebetulnya tidak ada orang yang betul-betul gagal, yang ada hanyalah orang yang terlalu cepat berhenti, sebelum sampai ke puncak harapan sukses yang ia cita-citakan.

Sebagian besar kisah kegagalan adalah kisah orang-orang yang menyerah sebelum waktunya. Dalam permainan sepakbola, sekalipun pada babak pertama kita sudah kalah 6-0 dari lawan, apakah kita langsung memutuskan, “udah sajalah, kita kalah, lalu berhenti main.”? Tidak! Selagi pluit panjang belum berbunyi, kita akan terus menggempur gawang lawan. Seakan-akan tidak peduli dengan yang sudah terjadi. Kalau kita amat sangat peduli dan terpengaruh dengan skor pertandingan setengah jalan, tentu saja semangat main kita langsung mati, dan akan sering bunuh diri.

Perhatikanlah betapa banyak gol-gol legendaris justru muncul at the last minute, ya pada menit-menit terakhir. Keyakinan yang kuat itu betul-betul magic. Ada satu kisah di sebuah lokasi pertambangan. Berdasarkan informasi akurat yang ia peroleh, Bill membeli sepetak tanah yang cukup luas yang diperkirakan dibawah tanah itu terdapat emas yang sangat banyak. Setelah mendirikan gubuk untuk tinggal mulailah ia menggali dibantu oleh sahabat dan keluarganya. Berbulan-bulan, setiap hari ia menggali. Namun belum juga ada tanda-tanda bahwa disana ada emas.

Akhirnya ia putus asa dan menjual kembali tanah itu kepada salah seorang sahabatnya dengan harga sangat murah. Sahabatnya itu melanjutkan penggalian. Beberapa hari kemudian, ia menemukan “pintu” kawasan emas yang luas sekali dengan potensi kandungan emas yang sangat luar biasa. Kekayaan datang padanya, hanya beberapa saat setelah Bill berhenti!

Sering kita juga menghadapi kisah yang sama. Sebagai penjual, kita sering berhenti tatkala udah 10 orang menolak proposal kita, menolak produk dan jasa kita. Lalu kita memutuskan bahwa memang ini tidak mungkin berhasil. Padahal kalau diteruskan pada orang berikutnya, justru berhasil tanpa kesulitan berarti. Ya begitulah, penyakit sukses paling berbahaya adalah terlalu cepat berhenti, terlalu mudah menyerah. Jika saja ini berhasil kita atasi .. anda pasti sukses.

Apapun yang anda lakukan. Suatu ketika seorang kakek bertekad menyusuri teriknya panas gurun sahara, ingin menjumpai cucunya di seberang gurun yang luas itu. Dengan bekal seadanya ia terus berjalan. Saat letih ia berhenti, istirahat dan kemudian kembali melanjutkan perjalanannya. Ia tahu kemana ia akan pergi. Dan walaupun begitu lama waktu yang harus ia tempuh, toh akhirnya ia pasti sampai. Asalkan ia jalan terus. Jatuh, bangkit lagi. Jatuh lagi, ya bangkit lagi. (*DI)

Sumber: Pustaka Nilna

Friday, August 17, 2012

LINUS NARA PRADHANA - Penemu Helm Anti Panas



Linus Nara Pradhana adalah seorang siswa kelas I SMP Petra Surabaya.Layaknya anak-anak seusia 13 tahun, ia juga masih suka bermain. Hasrat untuk bermalas-malasan di sela-sela jam belajar pun ada pada dirinya. Nilai akademisnya pun tidak di atas rata-rata. Namun, berbekal semangat dan ketekunan, Nara begitu murid kelas 8 SMP Petra 5 itu disapa berhasil mencetak rekor dunia sebagai penemu sekaligus pencipta helm ber-AC.
Temuan itu berhasil mengantarkan Nara menyabet medali emas pada ajang The 8th International Exhibition for Young Inventors (IEYI) 2012 di Bangkok,Thailand, 28-30 Juni 2012. Dia berhasil mengalahkan 207 penemu muda lainnya yang datang dari sembilan negara. Sebelumnya temuannya ini menjadi finalis dalam ajang National Young Innovator Award (NYIA) yang dihelat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dari cara penyampaian kata-kata dalam komunikasinya, anak pertama dari Gunawan Siswoyo ini memang sudah terlihat sangat memperhatikan detail. Tak heran jika temuannya juga nyaris tanpa cacat. Helm teropong berwarna putih paduan warna merah yang ditentengnya itu tak berbeda jauh dengan helm kebanyakan. Bahkan banyak dijumpai di toko atau pabrik helm. Namun, jika sudah dipreteli, perangkat dalamnya sangat berbeda. Ada banyak butiran gel yang tersimpan tepat di bagian atas helm. Sesekali tangannya menyuntikkan air ke dalam lubang kecil yang ada pada bagian tengahnya.“Gel inilah yang bisa membuat temperatur dalam helm seperti temperatur dalam ruangan ber-AC hingga 25 derajat Celsius,”ujar Nara saat berkunjung ke Kantor Redaksi Harian SINDO Biro Jawa Timur kemarin.

Pemilihan gel untuk helm itu pun berasal dari pikirannya yang sangat sederhana yakni diambil dari kapas dalam popok diapers. Seperti popok diapers yang bisa menyerap hingga seratus kali lipat ompol bayi serta mengunci air di dalamnya. Kapas yang mengandung gel dalam helm itulah yang diberi air sehingga bisa menimbulkan efek dingin pada helm. Diberi nama Naravation AVS ala Gel Coated Helmet ini merupakan generasi terbaru temuannya yang sudah diciptakan sejak duduk di bangku sekolah dasar.“Dulu, ciptaan saya adalah water coated helmet design. Di mana di bagian atas helm diberi air,” ujar bocah kelahiran Surabaya,7 April 1999 ini. Water coated helmetnya itu, menurut Nara, tidak memberikan efisiensi pada pemakainya.

Meski sama-sama bisa memberikan efek dingin, tapi pemakai helm tersebut harus rela nyunggi air hingga 800 ml ditambah dengan berat helm aslinya. Nara tak patah arang. Setiap harinya dia merasa tidak puas dengan temuannya yang masih memiliki beragam kekurangan. Hingga suatu malam Nara melihat iklan tentang popok diapers di televisi. Pikirannya pun kembali melayang pada temuannya yang masih ingin disempurnakan. Hasilnya, gel coated helmetnya ini lebih banyak mengurangi panas hingga 21%.“Lebih dingin dibandingkan water coated helmet yang hanya mengurangi panas 19%,” ungkapnya. Pemakaian gel pun sangat efisien karena tidak perlu sering-sering mengisi air. “Setiap seminggu sekali water coated helmet harus diisi air. Nah,untuk gel ini tidak perlu. Hingga delapan bulan lamanya gel masih basah,” katanya.

Puluhan helm berbagai merek dihabiskan untuk memperbarui temuannya.“Papa sangat membantu untuk memberikan semua perlengkapan temuan saya,”ucapnya. Sementara Gunawan awalnya sempat tidak percaya dengan helm yang diciptakan anaknya itu bisa memberikan efek dingin. Namun, dia tak ingin membuat semangat anaknya kendur. Hingga saat temuan pertamanya, water coated helmet itu dikatakan memang memberikan efek dingin. “Padahal, water coated helmet-\nya itu saya pakai hingga empat kali belum dingin juga. Bahkan sama dengan helm kebanyakan,”katanya.

Sumber Berita: Seputar Indonesia, 6 Juli 2012

Thursday, August 16, 2012

Paul Dunahoo, Bocah Belia yang Jadi Developer Apple


Usia entrepreneur makin hari makin belia saja tampaknya. Setelah ada entrepreneur muda yang berusia di bawah 10 tahun, kini ada Paul Dunahoo, seorang developer aplikasi untuk Apple yang usianya baru menginjak 13 tahun.

Dunahoo menjadi salah satu pusat perhatian dalam sesi teknis di konferensi pengembang Apple Inc. yang diselenggarakan pekan lalu. Remaja yang bersekolah di Connecticut ini terlihat sibuk berjejaring dengan programmer lainnya dan dengan senang hati mendapatkan masukan berharga dari mereka yang lebih tua darinya: para insinyur Apple. Donahue mengerjakan 67 aplikasi produktivitas dan para insinyur Apple memberikannya banyak saran untuk menyempurnakan karyanya itu.

Dunahoo yang baru bersiap masuk kelas 8 ini tak hanya seorang developer aplikasi biasa. Ia juga tercatat sebagai Chief Executive Officer dari perusahaan Bread and Butter Software LLC.

“Ini merupakan sebuah peluang yang sangat langka,” kata Dunahoo saat ditanya mengenai konferensi yang diadakan Apple tersebut.

Jika dicermati, terjadi kenaikan jumlah remaja yang bergabung dalam demam pembuatan aplikasi seperti ini. Dan Apple sebagai pemimpin industri aplikasi tak begitu saja melepaskan potensi yang belum tergarap maksimal tersebut.

Dunahoo ialah salah satu dari sekian banyak remaja yang makin menggemari pembuatan aplikasi untuk Apple. Tahun ini saja Apple membuka sebuah event untuk pengembangnya dengan jangkauan usia yang lebih muda, dari 13 sampai 17 tahun. Sebanyak 150 orang developer muda dihadirkan dalam event ini.

“Kami dulu berpendapat bahwa mengundang siswa-siswa remaja adalah langkah yang tepat,” kata petinggi pemasaran Apple, Phil Schiller, dalam sebuah wawancara pekan lalu. Namun, ia mengatakan bahwa software iPhone dan iPad juga menarik bagi kelompok pengembang yang berusia lebih muda dari 18 tahun.

Monday, August 13, 2012

Mallory Kievman, Penemu Permen Penghenti Cegukan

kievman0512
Setiap orang pernah merasakan cegukan, namun banyak orang yang masih bertanya-tanya bagaimana cara menghentikannya dalam sekejap. Remaja 13 tahun ini memberi solusi unik untuk menyembuhkan cegukan, yaitu dengan permen lollipop.

Pembuatan permen ini bermula saat Mallory Kievman mengalami cegukan musim panas 2010. Saat itu, Kievman mencoba berbagai cara untuk menghentikannya, mulai dari menenggak air garam, dikejutkan oleh temannya, menelan sesendok gula, sampai minum air sambil jungkir balik, semuanya tidak berhasil.

Gemas karena tak juga menemukan cara untuk menghentikan cegukan, Kievman melakukan eksperimen selama dua tahun hingga akhirnya terciptalah Hiccupops.

Seperti diberitakan Oddity Central, Hiccupops lahir di dapur rumahnya sendiri di Connecticut, AS. Kievman mencampurkan permen lollipop, cuka apel, dan gula, hingga menghasilkan Hiccupops, yang diambil dari kata hiccup dan lollipop.

“Permen ini mengaktifkan syaraf-syaraf di tenggorokan dan mulut, sehingga membentuk busur saat kita cegukan. Hiccupops merangsang syaraf-syaraf itu dan menghentikan proses cegukan,” paparnya.

Setelah serangkaian eksperimen, Hiccupops pun diperkenalkan di sebuah konvensi anak. Di sanalah Kievman bertemu Danny Briere, pendiri Startup Connecticut yang kemudian membantu Kievman untuk mendirikan perusahaan sendiri.

Kini Kievman tengah merintis perusahaannya sendiri dengan dibantu tim konsultan dari University of Connecticut. Hiccupops segera diluncurkan secara resmi musim panas ini. (*/AS)

Sunday, August 12, 2012

Kisah Sukses Entrepreneur Cilik dari LA



Makin banyak entrepreneur muda yang bermunculan akhir-akhir ini. Dan satu lagi yang muncul menjadi buah bibir ialah seorang bocah berusia 9 tahun bernama Caine Monroy. Caine tinggal di Lost Angeles Utara yang dianggap bocah luar biasa karena keuletannya mendirikan toko kertas karton buatan rumah.

Meski terdengar sederhana, apa yang dilakukan oleh Caine dengan mendirikan Caine’s Arcade dalam toko suku cadang ayahnya ini membuatnya terkenal, dan membuatnya mendapatkan dana beasiswa dan ketenaran di dunia maya.

Caine membangun toko dari kertas karton dalam toko sang ayah sebagai cara untuk melewatkan waktu liburan saat musim panas. Hasilnya sangat detil dan terencana dengan baik. Saat pelanggan Nirvan Mullick kebetulan mengunjunginya satu hari dan ia terinspirasi untuk membantu Caine mendapatkan apresiasi yang pantas ia dapatkan. Untuk itu, Nirvan menggunakan facebook dan Internet sebagai alat untuk menggerakkan sekelompok orang untuk mengunjungi bisnis si entrepreneur cilik itu.


Tak hanya itu, tetapi uang sebanyak 60 ribu dollar berhasil dikumpulkan untuk dana beasiswa Caine dalam waktu sehari saja sejak dipublikasikannya video dari Nirvan. Seminggu kemudian, yayasan Goldhirsh menawarkan pendanaan awal sebesar 250 ribu dollar AS untuk membantu Arcade Foundation milik Caine dengan tujuan membantu anak-anak yang memiliki ide inovatif.
Bisnis milik Caine mungkin bukan sukses yang berskala fenomenal tetapi bisa menjadi bukti awal kekuatan passion, kreativitas dan kegigihan di usia belia.

Saturday, August 11, 2012

Caine Monroy, Entrepreneur Belia dari Los Angeles

Bila Anda merintis usaha sejak sembilan tahun, akan sekaya apakah Anda sekarang? Itu terdengar mustahil. Tapi itulah yang ditepis Caine Monroy, seorang bocah berusia belia di California, Los Angeles, Amerika Serikat.

Di usia sangat muda, Caine merintis usaha sederhana yaitu membuat dan menjual mainan berbahan kardus bekas. Ia mendapat kardus dari toko aksesoris mobil milik ayahnya. Beberapa mainan yang ia buat seperti pemancing boneka dan pelempar bola basket.

Bahkan, majalah bisnis Forbes menobatkan ia sebagai calon miliarder di usia 30 tahun. Penobatan itu kriteria seperti, hampir seluruh pengusaha sukses memulai bisnis sejak kecil. Selain itu, meski masih muda ia sangat mencintai pekerjaannya sebagai pembuat dan penjual mainan berbahan kardus. Itu mengingatkan pada almarhum Steve Jobs yang mencintai bisnisnya, Apple Inc.

Caine juga mampu mengomunikasikan produk dan cara pembuatan mainan kepada konsumen. Caine begitu tekun, bersemangat, dan sabar menawarkan mainan pada pelanggan ayahnya. Padahal, anak seusianya sangat jarang memiliki kesabaran itu. Anak-anak lain lebih memilih bermain video game ketimbang berjualan.

Layaknya bos Facebook Mark Zuckerberg, Caine bisa memulai usahanya dengan biaya minim. Zuckerberg pun demikian. Ia merintis bisnis jejaring sosial Facebook dari asrama tanpa perlu mengeluarkan banyak modal. Hingga kini, Caine memiliki uang 120 ribu dolar AS. Bila dikonversikan ke mata uang Indonesia, Caine mengantongi kekayaan hingga Rp1,2 miliar di saat masih berusia 9 tahun. (*/Forbes/AS)

Saturday, August 4, 2012

Wilow Tufano: Rintis Bisnis Properti di Usia 14

wilowWilow Tufano , seorang gadis berusia 14 tahun, dijuluki pengusaha properti termuda Amerika . Tufano dikabarkan baru saja berhasil kumpulkan dana sebesar 12 ribu dollar AS untuk bisnis propertinya yang baru saja dimulai.
Tufano memulai bisnis propertinya dari nol disokong orang tuanya. Ia mengumpulkan setengah dari dana tersebut dengan membersihkan dan menjual barang-barang tak terpakai dari bangunan properti yang sebelumnya ditutup di Florida. Bangunan-bangunan itu adalah properti yang dijual oleh ibunya yang berprofesi sebagai agen real estat.
rumah berdinding blok semen dengan dua kamar tidur itu sudah diiklankan dengan harga jual 100 ribu dollar AS pada masa puncak terjadinya property bubble di tahun 2005.
Namun kini harganya turun drastis menjadi sepersepuluhnya. Dengan harga 10 ribu dollar saja, rumah itu akhirnya dijual setelah pemilik awalnya tak mampu membayar cicilan rumah dan disita oleh pihak bank.
Penggemar berat Lady Gaga ini tertarik dalam dunia properti saat ia baru saja menginjak usia 7 tahun dengan mengikuti ke mana pun sang ibu pergi. Ia mulai menjual perabot-perabot rumah saat resesi melanda dan pasar terguncang.
Dalam sebuah acara outing bersama sang ibu, ia menyaksikan bagaimana sebuah rumah yang dijual disesaki oleh barang-barang yang seharusnya dikeluarkan. Ia bertanya pada orang yang hendak membeli rumah itu apakah orang itu keberatan jika mengijinkannya membersihkan rumah itu dari barang-barang yang tak berguna itu dari tempat tersebut.
“rumah itu dipenuhi berbagai barang. Saya berpikir, ‘Saya bisa menjual barang-barang itu jika ia membolehkan saya memilikinya,” katanya pada suatu kesempatan.
Sebelum Wilow menghasilkan 500 dollar per bulan dengan membersihkan rumah yang sudah disita bank ini dan kemudian saat si ibu menjual rumah dengan 2 kamar tidur itu , ia memutuskan mencoba dan membelinya.
Ia menambahkan, “Saya berpikir, ‘Bagaimana jika saya membeli rumah itu? nampaknya gila. “ Wilow menggambarkan tempat itu sebagai  sebuah kapal pecah saat membelinya, kemudian ia segera membersihkannya dan kini sedang disewakan kepada pasangan muda dengan tarif 700 dollar per bulan.
Walaupun ia membaginya sama rata dengan ibunya, ia sudah berjanji untuk melunasi utang keluarganya saat berusia 18 tahun. Ambisi sang remaja, meskipun pada awalnya terdengar aneh menjadi terkabul karena turunnya nilai properti Florida.
Negara bagian di mana ia tinggal adalah yang terparah terkena krisis dengan angka dari RealtyTrac yang menyatakan bahwa separuh dari setiap 363 rumah tangga ditutup di bulan Januari.
Ini sudah terjadi pada para pemilik rumah, yang berada di luar tempat kerja, yang tak mampu bayar pelunasan hipotek. Bank kemudian mengambil kendali atas properti bersangkutan dan karena mereka memiliki banyak properti seperti itu dalam daftar kepemilikan mereka, mereka akan menjualnya dengan harga yang relatif rendah. (Sumber: DailyMail.co.uk/ *AP)

Wednesday, August 1, 2012

Harli Jordean, Raja Kelereng Berusia 8 Tahun

 Sudah tergila-gila dengan kelereng sejak balita. Topik pembicaraan yang paling ia sukai adalah kelereng. Bangun tidur, hal yang pertama kali dibicarakan adalah kelereng dan hal terakhir yang ia bicarakan sebelum pergi tidur di malam hari adalah kelereng. Bahkan, ia menyimpan beberapa butir kelereng di bawah bantalnya untuk menemaninya tidur. Dengan begitu tertariknya bocah asal London ini akan mainan berbentuk bulat itu, sudah sepantasnyalah kalau ia menjadi pengusaha cilik berbisnis kelereng.

Harli Jordean, nama bocah laki-laki itu. Usianya saat ini 8 tahun. Di sela kesibukannya sebagai siswa sekolah dasar Harli juga sibuk mengelola bisnis penjualan kelereng. Mulai mencari, menghubungi serta menjalin kerja sama dengan supplier, lalu belanja produk untuk stok hingga menangani order, packing dan melakukan pengiriman ke konsumen. Pemasarannya dilakukan secara offline dan online.

Sebelumnya, Harli tak pernah merencanakan membangun bisnis penjualan kelereng. Ia hanya sekedar iseng ketika menggaet konsumen pertamanya yakni teman-teman di taman bermain. Namun alih-alih menggunakan uang hasil penjualan itu untuk jajan, Harli justru meminta bantuan sang ibu, Tina, untuk membeli kelereng sebagai stok yang siap dijual kembali. Setelah puas dengan hasil penjualan yang diperolehnya, Harli lagi-lagi merengek kepada Tina. Kali ini yang dimintanya adalah bantuan untuk membuat situs di internet.

“Obsesi Harli akan kelereng begitu besar, karena itu kami mulai memanggilnya Marble King—jadi ketika ia ingin membuat website, nama yang terlintas adalah itu (Marble King),” jelas Tina seperti dilansir dari laman Daily Mail, Senin (14/11). Melalui laman marbleking.co.uk, hanya dalam beberapa bulan dari waktu pertama launching, Harli menerima order dalam jumlah besar. Kelereng dengan variasi corak, mulai dari yang bermotif biasa hingga bermotif limited edition seperti kelereng bercorak meja mewah Duke of York seharga 599 poundsterling dijualnya ke publik. Konsumennyapun bertambah luas. Tak hanya teman-teman bermainnya saja tapi sudah meluas hingga ke negeri Paman Sam, AS.

Diperkirakan, omzet bisnis Harli mencapai lebih dari seribu poundsterling. Order terus membanjiri website bocah berambut keriting itu, iapun mulai kewalahan dalam mengelola bisnisnya hingga memutuskan untuk mempekerjakan ibu serta dua kakak laki-lakinya. “Aku sangat menyukai kelereng dan aku bangga memiliki bisnis kelereng ini. Aku senang berperan sebagai bos tapi aku juga butuh bantuan orang lain untuk melakukan sebagian pekerjaanku, jadi ketika ada masalah aku takkan sendirian menanganinya,” ucap Harli.

Sebagai seorang ibu, Tina juga bangga melihat buah hatinya itu. Ia senang Harli bisa mengelola bisnis yang disukainya. Bagi Tina, apa yang tengah dilakoni Harli adalah pelajaran berharga yang bisa dijadikan modal untuk hidupnya kelak. Diceritakan oleh Tina, Harli memiliki impian memproduksi secara masal kelereng dengan brand ciptaannya sendiri di negeri China lalu menjualnya di toko miliknya sendiri di Inggris dan di toko yang ia buka di belahan dunia lain. “Impianku adalah memiliki jaringan toko seperti Hamleys—ini (toko milik Harli) akan menjadi toko mainan terbesar di dunia yang khusus menjual kelereng,” ungkap Harli. (*/ely)