Saturday, July 7, 2012

Lizzie Marie, Chef Cilik yang Ingin Membangun Kerajaan Bisnis

Kali pertama Lizzie Marie Likness disejajarkan dengan selebriti chef adalah saat usianya 7 tahun. Ketika itu, banyak yang meramalkan gadis yang kini telah beranjak remaja ini akan menjadi pengganti Rachael Ray, selebriti chef sekaligus pengusaha wanita ternama AS. Kini saat usianya 11 tahun, entrepreneur cilik yang memang menyukai dunia memasak itu semakin memantapkan langkahnya untuk meraih impian yakni mendirikan kerajaan bisnis di bidang yang disukainya.

LIZZIE-MARIE-CUISINEUpaya untuk mencapai mimpinya telah banyak dilakukan Lizzie. Melalui website-nya, Lizzie rajin meng-update resep sehat praktis untuk konsumsi anak plus tayangan video serta blog yang menarik. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai pelajar, ia juga menyempatkan diri ‘meracik’ proyek berupa program TV online untuk WebMD bertajuk “Healthy Cooking with Chef Lizzie”. Ke depannya, gadis asal Atlanta yang membangun bisnis dengan tajuk Lizzie Marie Cuisine pada 2006 ini berencana menyusun buku masak serta perlengkapan masak dengan brand bisnisnya.

Bagi entrepreneur cilik ini, passion yang begitu kuat telah menuntunnya pada kesuksesan dalam berbisnis. Untuk mengetahui perjalanan Lizzie dalam mengembangkan hobi menjadi bisnis serta mengenal sosoknya lebih lanjut, simak hasil percakapan remaja yang memiliki perusahaan Lizzie Marie Cuisine dengan Huffington Post berikut.

Usia berapa kamu mulai jatuh cinta pada dunia memasak?
Aku mulai memasak ketika berusia 2 tahun. Ibu dan nenek yang mengajari. Sejak kecil, ibu selalu membawaku ke dapur dan menjadikanku penyicip masakannya. Jika ia membuat sup atau apple sauce, aku akan membantu mengaduk masakannya dan terkadang menambahkan bumbu.

Lalu di usia 6 tahun, aku tertarik menunggang kuda. Aku meminta ijin orangtua untuk memperbolehkan ikut kursus menunggang kuda jika aku bisa membiayainya sendiri. Dan orangtuaku bertanya bagaimana cara aku bisa memeroleh uang tersebut kemudian aku menjawabnya dengan menjual homemade makanan nan sehat ke toko petani lokal. Aku melakukannya hingga satu setengah tahun dan mulai menyadari bahwa aku suka sekali memasak dan bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa healthy food dapat menjadi hidangan yang lezat dan menyenangkan.

Kapan kamu mulai menyadari hasil penjualanmu ternyata lebih dari sekadar uang untuk membiayai kursus menunggang kuda dan kemungkinan bisa menjadi peluang bisnis yang sesungguhnya?
Aku tidak pernah menyangka bisa membangun bisnis hanya dengan menjual apple dapple bread dan chocolate chip cookies di toko lokal. Ini lebih pada kepuasan telah melakukan sesuatu untuk mengejar passion yang kumiliki. Tapi ketika aku melihat banyak orang yang menyukai masakanku dan menyadari bahwa aku menikmati momen saat aku bangun pagi-pagi sekali untuk memasak dan melihat reaksi orang ketika mencicip masakanku, saat itulah aku ingin membawa hobi ini ke level selanjutnya. Lalu aku bertanya kepada ayah bagaimana cara membuat website. Dan kita membuat video pertama kemudian meng-upload-nya ke YouTube. Aku begitu gugup. Banyak yang mendukung dan ada juga yang berpikir bahwa anak seusiaku seharusnya tidak berada di dapur untuk memasak. Itulah pendapat orang. Tapi aku menyukai apa yang kulakukan dan hal itu menuntunku untuk melakukan hal-hal yang menakjubkan. Semua mengalir apa adanya dan menikmati kemana arus ini akan membawaku.

Bagaimana reaksi konsumen?
Banyak orang yang terkejut begitu tahu berapa usiaku, mereka tak menyangka anak berusia 6 tahun berada di dapur membuat roti dan kue. Saat mereka mencicip hasil masakanku, mereka lebih terkejut lagi karena rasanya enak dan bahannya ternyata juga sehat. Banyak juga yang ragu-ragu untuk mencicip karena resepku termasuk kreatif dan memakai bahan-bahan unik. Tapi ketika mencicipnya, mereka sadar bahwa makanan sehat tak harus disajikan dengan cara yang membosankan—makanan sehat juga bisa terasa “yummy” dan menarik.

Apakah bisnismu ini juga diinspirasikan dari program orangtua yakni combined 100-pound weight loss?
Ketika orangtua menurunkan berat badan mereka, aku berusia 2 atau 3 tahun, jadi aku tak begitu menyadarinya. Ayah memang mempunyai bisnis healthy-living dan saat beranjak besar lalu mengenal dunia bisnis yang digelutinya, aku sadar bisnisnya itu sangat inspiratif dan semakin memicu minatku akan makanan sehat. Aku berpikir bila orangtuaku bisa, orang lainpun pasti bisa.

Ayah sangat membantu dari sisi bisnis. Sementara aku dan ibu lebih banyak bertukar ide tentang bagaimana kita membuat resep yang bisa diketahui anak-anak secara reguler dan membuatnya dengan resep sehat dan terlihat menarik.

Kedua orangtua benar-benar sangat mendukung aku. Ketika aku menyukai tenis, mereka berusaha untuk menyakinkan aku telah berusaha keras untuk menjadi yang terbaik di dunia tenis. Begitu pula di bisnis makanan ini. Membangun bisnis memang sulit tak peduli berapa usia saat merintisnya. Kamu pasti membutuhkan nasihat dan orangtua adalah satu dari sekian banyak orang yang bisa memberikan saran terbaik. Tak perlu takut meminta pendapat mereka, resapi saja semua saran yang diberikan dan tunjukkan kepada mereka bahwa saran serta dukungannya sungguh berarti. Merekapun pada akhirnya bisa melihat apa yang kamu lakukan merupakan impian yang ingin diraih. Terbukalah dengan ide atau saran yang berguna untuk memulai bisnis dan lihatlah kemana hal tersebut akan membawamu.

Bagaimana kesempatan dari WebMD muncul?
WebMD yang datang padaku. Mereka berminat membuat web show yang cocok untuk dikonsumsi anak-anak, mengajarkan pola makan sehat menjadi hal yang menyenangkan dan mengajak anak untuk terjun ke dalamnya. Ini sangat menarik buatku karena chef pertama yang menurut mereka cocok untuk mengisi acara tersebut adalah Jamie Oliver. Tapi, ia berhalangan karena sedang mengerjakan Food Revolution. Dan orang kedua yang terpikir oleh mereka adalah aku dan itu membuatku sangat tersanjung. Bekerja sama dengan mereka (WebMD) sangat menyenangkan—Desember lalu mereka mengajakku ke New York selama seminggu untuk proses penyutingan. Meski terlihat santai tapi aku bekerja keras dalam proyek itu dan aku ingin melakukannya kembali.

Apakah itu terjadi ketika kamu menyadari bisa menjadi “the next Rachael Ray”?
Sangat menyenangkan menyaksikan acara dia (Rachael Ray) dan menurutku dia adalah chef hebat yang memiliki energi dan semangat tinggi serta terlihat sangat menyukai apa yang ia lakukan. Akupun ingin sekali memiliki kesempatan yang sama dengannya dan mempunyai acara talk show atau cooking show sendiri seperti dirinya suatu hari nanti. Dia adalah sosok yang sangat kukagumi dan aku ingin seperti dia.

Bagaimana rasanya bertemu dengan Rachael Ray di acaranya sebagai salah satu kontestan Kindness Challenge?
Aku sama sekali tidak gugup tapi begitu acara telah selesai dan sadar bahwa aku telah berada di panggung yang sama dengannya aku menjadi gugup. Tapi itu adalah pengalaman berharga dan sangat menyenangkan. Aku senang bisa berjabat tangan dengannya dan juga bangga karena aku adalah kontestan termuda. Ketika Rachael memperkenalkan diriku melalui putaran video dan menyebut namaku, aku sangat gembira dan berkata dalam hati, “Ya ampun, Rachael tahu namaku.”

Nasihat apa yang ia (Rachael Ray) berikan untukmu?
Ia berkata kepada kami (semua kontestan Kindness Challenge) untuk terus melakukan apa yang telah kami lakukan dan melakukan apa yang kami cintai. Dia juga berkata, jangan biarkan orang lain menyuruh apa yang seharusnya kita lakukan atau bagaimana seharusnya kita melakukannya. Karena jika melakukan sesuatu atas kehendak orang lain, kamu takkan bisa bahagia. Tapi jika melakukan sesuatu yang kamu sukai dan benar-benar memiliki passion dengan hal tersebut, segala hal yang menyenangkan akan terjadi.

Apa rencana bisnismu? Apa visimu?
Aku sedang menyusun buku masak untuk anak dan orang dewasa, sebab aku ingin mengajak anak-anak ke dapur untuk membantu memasak. Aku bekerja sama dengan perusahaan makanan yang cukup besar—tapi belum bisa menyebutnya sekarang—untuk membicarakan kemungkinan membuat brand, memiliki produk yang berbeda dan hal-hal semacam itu. Aku juga ingin membuat perlengkapan masak seperti halnya Rachael Ray. Akupun menyimpan sejumlah proyek menarik yang bisa membuat Lizzie Marie Cuisine tumbuh semakin besar.

Apakah kamu ingin berkecimpung dengan dunia ini hingga dewasa nanti atau ada hal lain yang ingin kamu lakukan kelak?
Aku masih belum tahu apakah akan terjun di dunia ini sepanjang hidupku tapi saat ini aku benar-benar sedang menikmatinya. Aku memiliki passion di bidang lain seperti sains forensik, membaca dan memanah. Aku juga belum tahu apakah nanti akan kuliah dan membuka restoran tapi bila memikirkan memiliki TV show sendiri dan membuat perlengkapan rumah tangga dengan nama Lizzie Marie Cuisine, itu adalah impian yang sangat indah. Aku tidak akan mengatakan saat berusia 20 tahun aku akan membuka resto atau mungkin juga akan meninggalkan Lizzie Marie Cuisine, sebab takkan ada yang tahu apa yang akan terjadi esok. Tapi selama ini aku memiliki pengalaman menakjubkan dengan Lizzie Marie Cuisine dan aku tertarik untuk melihat apa yang akan terjadi dengannya kelak.

Banyak entepreneur yang menemui sejumlah tantangan dalam menyeimbangkan kehidupan pribadi dengan bisnis, tak peduli berapapun usia mereka. Lalu apa rahasiamu untuk membuat keduanya seimbang?
Meski aku mempunyai bisnis yang sedang berjalan tapi perusahaanku belum begitu besar hingga membuat paparazzi tertarik olehnya. Yang terpenting, teman-teman sangat mendukung dan menurut mereka apa yang tengah kulakukan sangat menyenangkan. Mereka tetap memperlakukanku sama. Tapi kadang terasa lucu ketika sedang bercakap-cakap dan menanyakan kegiatan selama akhir pekan kebanyakan dari mereka menjawab bermain roller skating atau pergi belanja sementara aku mengisinya dengan shooting di CNN. Aku pernah memikirkan bahwa hidupku akan semakin sibuk seiring dengan semakin berkembangnya Lizzie Marie Cuisine. Tapi aku mengambil homeschool dan itu lebih fleksibel serta mudah mengatur waktu. Sekali lagi kukatakan, tanpa keluarga dan teman-teman, aku mungkin takkan memiliki Lizzie Marie Cuisine. Mereka semua membuatku mempunyai kehidupan yang normal dan membantuku tak mudah lupa diri, jadi aku tak merasa menjadi “anak 11 tahun yang terkenal karena memiliki bisnis sendiri”.

Ada nasihat untuk para entrepreneur cilik?
Lakukan saja apa yang kamu sukai, meski kamu tak yakin bisa melakukannya. Orang selalu menanyakan hal yang sama kepada anak-anak, “Apa yang akan kamu lakukan setelah dewasa?” Menurutku jangan menunggu hingga dewasa untuk melakukannya. Aku akan menjawabnya seperti ini, “Aku telah memiliki bisnis sendiri. Mudah-mudahan, saat dewasa aku telah memiliki TV show.” Hal terpenting adalah melakukan hal yang paling disukai. Jangan pernah takut untuk melakukan hal yang kamu sukai. (*/ely)

No comments: