
“Banyak anak yang hobi bermain game tapi sekarang mereka ingin menciptakannya,” ujarnya seperti dikutip dari laman The Star, Jumat (11/11). Ia melanjutkan, “Dan ini sulit karena tak semua anak yang tahu di mana mereka bisa belajar membuat program. Tak banyak orangtua yang juga memahaminya.” Dengan kecerdasannya, Thomas berusaha membuat wadah di mana anak-anak seusianya atau bahkan lebih muda bisa mengenal dunia programming sejak dini. “Bagi yang suka sepak bola bisa masuk tim sepak bola, tapi bagaimana dengan anak yang gemar membuat aplikasi?” paparnya dalam presentasi di TEDx seperti dilansir dari Daily Mail, Selasa (15/11).
Pengagum Steve Jobs ini mengaku telah tertarik dengan coding sejak taman kanak-kanak dan tak berapa lama sesudahnya ia mempelajari secara otodidak program dasar lain seperti Python, C dan Java. Bocah berponi ini mulai tergugah mencipta dan menjual aplikasi ketika Apple meluncurkan Software Development Kit. Di penghujung tahun 2010, Thomas merilis aplikasi pertamanya yakni Earth Fortune, program yang bisa mengubah warna bumi berdasarkan peruntungan.
Karyanya yang paling laris bertajuk ‘Bustin Jieber’, game yang terinspirasi dari whac-a-mole itu memungkinkan player bisa meninju secara virtual wajah idola muda asal Kanada, Justin Bieber. “Saya membuatnya karena banyak anak di sekolah yang tak begitu menyukai Justin Bieber,” candanya.
Kini, di tengah-tengah waktu luangnya, Thomas sedang sibuk mengelola CarrotCorp. Startup itu berdiri untuk menjual semua aplikasi yang berhasil diciptakannya. Ketika mempresentasikan produknya di TEDx, Thomas membuat penasaran khalayak dengan memamerkan salah satu tagline di laman tersebut yang berbunyi, ‘Uploading pictures will never be the same. Coming soon’.
Untuk ke depannya, Thomas memiliki misi mengembangkan program aplikasi untuk Android. Nah bagaimana menurut Anda, apakah bocah ini layak memeroleh julukan ‘the next Steve Jobs’? (*/ely)
No comments:
Post a Comment