Wednesday, May 30, 2012

Kisah Sukses Carl Ocab, Teknopreneur Belia Filipina

Bocah remaja ini telah mengenal komputer sejak usia 4 tahun. Usia 10 tahun, ia sudah gandrung dengan internet; main game online, chatting, membangun networking dan lain sebagainya. Menginjak remaja, ia memanfaatkan layanan internet yang dibayarnya sendiri untuk menghasilkan uang. Memanfaatkan wawasannya, ia menciptakan peluang bisnis dengan cara memberi sejumlah tips kepada orang-orang yang ingin menambah penghasilan via blogging, website serta metode online lainnya.

carl-ocabDia adalah Carl Ocab. Usianya kini menginjak 16 tahun. Hobi main game online sedari kecil ternyata berhasil memotivasi dirinya untuk menjadi teknopreneur dengan mengelola www.carlocab.com. Perjalanan bisnisnya berawal ketika sang ayah memergoki ia bersama sepupunya tengah asyik bermain game. Kala itu usia Carl baru 13 tahun. Bermain game menurut pemikirannya merupakan kegiatan yang wajar dilakukan anak-anak seusianya. Tapi tidak menurut ayahandanya.

Bagi ayah Carl, perbuatan yang dilakukan buah hatinya itu hanya membuang-buang uang serta menimbulkan prilaku kecanduan akan game. “Apa yang akan kamu dapatkan dengan bermain game seharian?”, tutur Carl meniru pertanyaan yang diajukan sang ayah kepadanya seperti yang tertulis dalam situs resminya. Pertanyaan sederhana itu ternyata membekas dalam ingatan Carl selama berhari-hari dan setelah tepat seminggu ia melepas keingintahuannya dengan berdiskusi kepada sang ayah. Dari situ, ayah Carl memperkenalkan blog kepada dirinya.

Apa yang dilakukan Carl selanjutnya membuahkan kegagalan. Sesudah belajar seluk beluk blog, ia mengenal AdSense. Carl pun lalu terdorong melakukan sesuatu yang waktu itu dianggapnya benar. Ia menghabiskan waktu selama berminggu-minggu membuat ribuan blogspot dengan konten yang di-copy-nya dari situs lain kemudian membubuhkan AdSense. Carl berharap cara itu bisa menghasilkan uang tapi rupanya justru berimbas pada dihapusnya laman blog miliknya oleh Google karena dianggap spam.

Kegagalan sempat membuat Carl kecewa tapi beberapa bulan kemudian ia bangkit dan berdiskusi kembali dengan sang ayah. Hasil diskusi itu membuat Carl mengenal domain serta web hosting yang kemudian mendorongnya untuk blogging kembali. Kali ini ia menulis konten original mengenai sesuatu yang sudah sangat dikenalnya dengan baik yaitu game. Seiring waktu, Carl membentuk komunitas berupa fan club khusus pecinta game dan dari situ ia mulai menuai profit.

“Butuh waktu beberapa tahun untuk membuat blog-ku tampil di halaman muka pencarian via Google dengan keyword ‘make money online’. Saat itu aku mulai tertantang untuk memeroleh traffic tinggi sehingga bisa menarik pengiklan di blog-ku dan itulah awal aku bisa mendapatkan uang per bulannya,” ujar Carl. Tanpa diduga, apa yang dilakukan Carl menarik perhatian Jack Humprey, pakar marketing blog yang secara sukarela menulis komentar terhadap kemajuan usaha Carl dan itu membuat kredibilitas bisnis Carl semakin menanjak.

Berbicara mengenai rencananya di masa depan, remaja ini mengaku sedang mengodok “Rich Kid Media” yang akan diluncurkan beberapa bulan lagi. “Akan ada banyak produk serta situs menarik di proyek itu,” jelas Carl.

Dari pantauan situs jozzua.com, kini Carl tengah menikmati hasil jerih payahnya. Ia baru saja membeli iPhone dengan uangnya sendiri dan berencana untuk membeli mobil mewah Black Hummer H2. Belajar dari kisahnya, ada dua hal yang bisa dianggap sebagai rahasia kesuksesan dirinya, yaitu:
  1. Membuat keyword yang natural. Keberhasilan Carl tak terlepas dari pembuatan kata kunci yang tepat sasaran yaitu “make money online” sehingga banyak user yang meng-klik-nya. Ia bisa saja menggunakan kalimat lain seperti internet marketing atau lainnya, namun hal itu diurungkannya dan tetap setia dengan kalimat pertama yang dipilihnya karena menurutnya kalimat itu mudah dipahami orang banyak, bahkan orang awam sekalipun.
  2. Fokus. Bagi remaja seusia Carl, internet marketing adalah hal yang rumit namun bukan berarti tak bisa disiasati dengan baik. Ia lalu menjembatani kesulitan itu dengan tetap fokus pada strategi bisnisnya, yakni memancing sebanyak mungkin user untuk singgah di blognya. Implementasinya dengan memanfaatkan Search Engine Optimization (SEO) semaksimal mungkin. (*/ely)

Sunday, May 27, 2012

Bocah 7 Tahun Jadi Entrepreneur Aplikasi iPhone

Saat anak-anak sibuk memainkan game pada iPhone orang tua mereka, Connor Zamary, seorang bocah tujuh tahun dari Ohio, Amerika Serikat mengambil langkah raksasa dengan menyalip rekan sebayanya. Dia membuat perusahaan aplikasi iPhone sendiri. Toaster Pop, sebuah game yang ditujukan pada anak-anak, merupakan karya pertamanya.

connor_zamaryBukan hanya sebagai pencetus ide, siswa kelas satu SD ini melakukan sendiri tugasnya sebagai entrepreneur, mulai dari melakukan pendekatan terhadap para investor, membuat presentasi, menyelesaikan berkas-berkas hukum, hingga melakukan conference call dengan pengembang dari West Coast.

Hanya saja, ada satu hal yang belum bisa dilakukannya, yaitu mengirim email dari alamat pribadinya. Karena belum cukup umur, ia masih menumpang alamat email ayahnya untuk menjalankan bisnisnya.

Craig Zamary, ayah Connor yang merupakan pendiri sekaligus direktur GreenEnergy TV mengatakan ia memang ikut membantu Connor, namun sebagian besar pekerjaan dilakukan secara Mandiri oleh putranya. "Ini adalah bisnisnya, apa yang ingin ia lakukan. Bila dia melakukan kesalahan, itu adalah kesempatan baginya untuk belajar," ujarnya seperti dikutip Cnet, Jum'at, 19 Agustus 2011.

Ide permainan ini ternyata juga datang dari ayahnya sendiri. "Ayahku bercerita tentang pemanggang roti kuno yang belum pernah kulihat," ujar Connor. Dari cerita ayahnya itu, ia mendapatkan ide untuk membuat aplikasi permainan dimana roti yang keluar dari pemanggang kemudian mendarat di piring dan harus segera diolesi dengan mentega atau selai. Toaster Pop mendapat sambuatan baik oleh pengguna iPhone dengan rating lima bintang.

Connor mengatakan, bagian yang paling menantang selama menjalani bisnisnya ini adalah saat mendekati para investor. "Aku gugup sekali," ujarnya. Saat ini Connor sedang mempersiapkan rilis terbaru dari aplikasi yang dijualnya dengan harga 99 sen ini.

Di keluarganya, tampaknya Connor tidak akan sendirian lagi dalam menjalankan usahanya. Annabelle, adiknya yang berumur tujuh tahun juga memiliki ide untuk aplikasi iPhone. Bila ide ini dapat terealisasi, Connor rencananya akan menjadi investor dalam perusahaan adiknya. (*/Tempointeraktif)

Saturday, May 26, 2012

Amanda Angelica, Gadis Belia Pemilik TepoengGoela.com

Tepoenggoela.com merupakan toko online yang khusus menawarkan aneka macam tart bercita rasa lezat. Topping buah fresh nan cantik, tektur lembut, rasa aduhai serta packaging menarik merupakan segelintir keunggulan tart factory ini. Tapi siapa sangka, pemilik online shop yang mulai dirilis 22 Juli 2011, bertepatan dengan ulang tahunnya, adalah seorang gadis remaja berusia 16 tahun.

Dia bernama Amanda Angelica Lim, pelajar kelahiran 22 Juli 1995 yang berdomisili di BSD City, Serpong, Tangerang. Di sela-sela tugas sekolah dan kehidupan sosialnya, Amanda mengisi waktu senggang dengan mengelola TepoengGoela.com. Melalui bisnis online-nya itu, ia memberanikan diri terjun ke dunia bisnis kuliner meski usianya masih terbilang belia.

TepoengGoela.com yang didesainnya sendiri menawarkan aneka macam variasi tart dengan dua pilihan ukuran yakni berdiameter 5 cm dan 13 cm. Harga yang dibanderol tergolong reasonable. Konsumen bisa memilih satu boks small tartlets berisi enam jenis tart berukuran diameter 5 cm dengan harga satuan Rp5.000. Sementara untuk tartlets berukuran diameter 13 cm, per itemnya dijual Rp30.000. Untuk pemberian nama, Amanda memakai TepoengGoela karena nama itu dapat merepresentasikan sesuatu yang halus, manis dan ringan seperti tart-tartnya. Sedangkan ejaan lama dipakainya karena terkesan antik, unik dan homey (rumahan).

Kepada CiputraEntrepreneurship.com (CE), Amanda mengaku bahwa resep aneka tart di TepoengGoela.com berawal dari koleksi sang bunda, Christina Handoyo, yang memang berkiprah di jalur kuliner dengan mengambil spesialisasi pastry. Bersama mamanya, Amanda lalu memformulasikan kembali resep-resep tersebut dengan menguji coba dan melakukan sejumlah perbaikan hingga berhasil memeroleh produk yang benar-benar lezat dan layak untuk dijual. Untuk urusan dapur, Amanda memercayakannya kepada tim/bagian produksi dan mamanya-lah yang bertugas memastikan bahwa bagian produksi itu berjalan lancar.

Memilih tart sebagai awal mula bisnisnya tak hanya semata-mata dilakukan Amanda karena hobi menyantap kue yang tergolong ringan, fresh, sehat dan lezat tersebut. Tapi menurut anak sulung dari dua bersaudara ini, masih jarang khalayak yang memiliki pengalaman mencicip tart bertekstur, bercita rasa serta menyimpan sensasi yang unik. Karena itu, sebagai tart-a-holic, ia menggunakan fenomena itu sebagai sebuah kesempatan untuk berkreasi menyajikan tart yang bakal digemari konsumen.

Amanda-istimewaLalu mengapa gadis yang bercita-cita menjadi ahli bedah ini memilih media online untuk memasarkan produknya? “Saya memilih media online untuk pemasaran karena tidak memerlukan modal besar, juga lebih mudah memulai, me-manage, dan mengembangkannya. Kapasitas bisnis di dunia maya itu tidak terbatas, jadi selalu bisa mengakomodasi secepat apapun pertumbuhan bisnis saya. Bisnis online juga lebih mudah dijangkau oleh pelanggan karena pelanggan tidak perlu repot datang ke toko untuk membeli produk saya. Tinggal klik saja. Kami memberi kenyamanan lebih untuk mereka,” jelasnya kepada CE melalui e-mail, Rabu (17/8).

Tepoenggoela.com merupakan pembuktiannya kepada khalayak luas bahwa entrepreneur muda bisa mengelola bisnis seprofesional entrepreneur dewasa yang telah berpengalaman. Didirikan dengan modal kurang dari Rp1 juta dari orangtua sebagai bentuk dukungan, Amanda memilih anak-anak muda sebagai segmen utama bisnisnya. Sebagai pemula, dia menilai bisnis online menjual tart merupakan bidang usaha yang relatif mudah dikelola dan tak memakan banyak waktu. Karenanya, Amanda mampu menjalani bisnis ini tanpa harus mengorbankan prestasinya di sekolah. Ia pun menjelaskan, “Pada hari biasa, rata-rata waktu khusus untuk mengelola TepoengGoela.com jika ditotal hanya sekitar 1 jam. Karena serba internet, jadi saya tinggal utak-atik HP selayaknya Twitter-an atau BBM-an dengan teman-teman.”

Sukses mengantongi laba sebesar 300 persen dari modal yang dikeluarkan di minggu ketiga launching Tepoenggoela.com, Amanda telah menyiapkan beberapa strategi untuk ekspansi bisnisnya. Mulai dari menambah varian produk baru hingga keinginan memperluas market dengan cara menjalin kerja sama kepada beberapa restoran untuk menyajikan produknya sebagai dessert atau makanan penutup.

Membagi rahasia keberhasilannya mengelola usaha di usia dini, Amanda berkata, “Jangan minder karena umur. Gunakan umur dan semangat muda sebagai keunggulan yang ditawarkan bisnis kita. Ciptakan bisnis yang berkarakter agar unik, mudah diterima dan dekat dengan pelanggan. Kelola dengan santai namun tetap profesional dan gunakan daerah kekuasaan para anak muda: Twitter, Facebook, BBM (BlackBerry Messenger), etc. Tunjukkan bahwa kita bisa mengelola bisnis dengan cara kita sendiri.” (*/ely)

Tuesday, May 22, 2012

Bocah 13 Th Dapat Penghasilan dr Mainan Anjing


Cole_AmyxIde membuat mainan untuk hewan peliharaan telah tercetus sejak Cole berusia 8 tahun. Ketika harga mainan untuk hewan peliharaan di negerinya meroket tajam, ia memakai waktu senggangnya menciptakan mainan untuk anjing kesayangnnya dari bahan-bahan bekas yang ditemui di lingkungan sekitar.Ada beragam cara untuk memeroleh penghasilan dan tak hanya orang dewasa saja yang bisa melakukannya. Seorang bocah berusia 13 tahun dari Houston, Amerika Serikat mencoba membuktikannya. Berawal dari rasa sayang pada anjing peliharaan serta tingginya harga mainan untuk hewan tersebut, Cole Amyx membuat aneka macam mainan untuk si anjing dari bahan bekas.

Mainan pertama yang berhasil diciptakannya terbuat dari kain perca, busa dan bola tenis yang dirakit sedemikian rupa hingga membentuk tali penuh warna dengan hiasan bola di tengahnya. Mainan itu disukai si anjing dan menjadi mainan favoritnya. Orang-orang di lingkungan sekitar serta teman-teman sebaya yang juga memelihara anjing ketika melihat hasil karya Cole nan unik itu langsung tertarik untuk memilikinya. Mereka pun mulai memesan produk sejenis darinya.

Menerima sejumlah pesanan membuat kepercayaan diri Cole tumbuh dan ia mulai memberanikan diri untuk menjual produknya di sejumlah bazaar. Sukses berjualan di bazaar-bazaar, Cole meluncurkan toko online miliknya yang diberi tajuk Slobber Dog Toys. Variasi mainan Cole yang seluruhnya merupakan produk handmade, bebas bahan kimia dan mudah dicuci itu hingga kini telah sukses terjual sebanyak 2.000 pieces yang per itemnya dibanderol seharga US $5 – US $6.

Menurut penjelasan situs KHOU.com, akhir pekan lalu, dari hasil penjualan produknya, Cole menyisihkan US $1 untuk disumbangkan ke penampungan hewan liar di kawasan Houston. Dana itu digunakan untuk penyediaan makanan, minuman serta obat bagi hewan-hewan terlantar.

Thursday, May 10, 2012

Cecilia Cassini, Fashionista Cilik yang Sukses

Gadis cilik berusia 11 tahun ini sungguh pandai memanfaatkan waktu luangnya. Di sela-sela kesibukannya membuat tugas sekolah, Cecilia Cassini menggunakan segenap kreatifitasnya untuk merancang busana bagi anak perempuan usia 4 sampai 14 tahun. Mulai dari mendesain, memilih bahan hingga menjahit busana rancangannya dilakoni anak perempuan asal Encino, California, Amerika Serikat tersebut.

Cecilia-Cassini2Cecilia yang mulai menjual hasil rancangannya tiga tahun lalu itu telah mengenal mesin jahit sejak usia 6 tahun. Selama bertahun-tahun, ia terlihat sangat rajin mengikuti sejumlah pelatihan menjahit. Namun pelatihan itu hanya sebagai pengasah bakatnya yang memang telah ada sejak ia belia. Setelah menciptakan sekitar 50 busana ready-to-wear, ia melakukan penjualan perdananya. Dan, hanya dalam jangka waktu tiga jam saja, produk Cecilia sold out.

Meski terlihat modis dan unik namun karya Cecilia masih berkesan anak-anak. Ia tak berminat merancang busana anak dengan aksen dewasa. Karena itulah, baju-bajunya sangat digemari gadis-gadis seusianya dan anak perempuan yang menjelang remaja. Berkat semangat mendesainnya yang sangat tinggi, Cecilia telah sukses membuat lebih dari 500 karya meliputi T-Shirt berhias aneka macam aksesoris yang dijual ritel seharga $30 dan gaun untuk pesta seharga $140.

Baru-baru ini, dirinya juga tertarik mendesain sepatu untuk memadupadankan busana rancangannya. Konsep desain sepatu masih sama dengan baju, yakni  trendi dan modis tapi tetap bernafaskan anak-anak. “Aku tak tertarik membuat sepatu high heel, sebab tak pantas dikenakan anak-anak. Terlalu dewasa. Dibanding sepatu bertumit tinggi, aku lebih suka boot bertumit rendah yang nyaman dipakai,” ujarnya kepada Daily Mail.

Bakat fashionista dalam diri Cecilia berhasil memancing perhatian sejumlah artis papan atas di negerinya, seperti Miley Cyrus, Kelly Osbourne serta Heidi Klum. Mereka pun tak ragu untuk memesan dan mengenakan busana rancangan Cecilia. Nah, impiannya sekarang ini adalah merancang busana untuk Lady Gaga.

Tuesday, May 8, 2012

Adam Horwitz, “Richie Rich” di Dunia Digital

Dunia digital membuka peluang tak terkira. Salah satunya: menjadi triliuner tanpa perlu menunggu rambut beruban terlebih dahulu. Semenjak masih remaja, sejumlah ABG geek kini telah menjadi Richie Rich, salah satunya adalah Adam Horwitz.

Adam-HorwitzSeperti ditulis juniorbiz.com, Adam Horwitz memulai petualangan digitalnya ketika dia masih duduk di bangku kelas satu SMA di Pacific Palisades, saat berumur 15 tahun. Ketika itu ia membuat sebuah blog gosip gila-gilaan tentang teman-teman sekolahnya. Para orangtua yang was-was dengan dampaknya, memaksa dia menutup blog ini.

Horwitz lalu membuat Urban Stomp. Ini website yang menampilkan berbagai acara musik dan lokasi pesta di sekitar wilayah tersebut. Urban Stomp pernah berhasil mendatangkan 800 orang di sebuah pesta. Entah kenapa, dia memutuskan untuk menutupnya setelah beroperasi beberapa pekan.

Horwitz kini menjalankan perusahaan yang bertujuan mengajari remaja berumur 15 tahun ke atas untuk mencari uang online. Dia meluncurkan Mobile Monopoly dan Cell Phone Treasure, di mana masing-masing telah menghasilkan US$100 ribu atau sekitar Rp900 juta. Selain itu, dia juga sedang membangun satu platform baru, yang dinamainya Dude I Hate My Job. Ke mana-mana, ABG ini melesat dengan sedan mengkilat Audi A5 2010.

Dalam sebuah wawancana dengan juniorbiz, Horwitz mengatakan pebisnis muda seringkali menemui hambatan berupa stereotip dari masyarakat. "Orang pada awalnya tidak percaya pada saya. Teman-teman saya juga selalu beranggapan kamu tidak bisa berbisnis pada usia dini," katanya.

Padahal, kata dia, berbisnis mulai usia muda punya banyak keuntungan. Salah satunya adalah tidak harus membayar pajak karena masih tinggal bersama orangtua.

"Jika kamu seorang entrepreneur muda dan sedang berusaha membangun bisnis online raksasa, jangan pernah berpikir kamu tidak bisa mewujudkannya," Horwitz berpesan. "Dengan Internet, kamu bisa melakukan hampir apa saja." (*/Vivanews)

Saturday, May 5, 2012

Mark Bao, Teknopreneur Belia nan Sukses

Mark Bao, saat ini berusia 18 tahun dan masih bersekolah di sebuah SMA di Boston, AS. Dalam usia semuda itu, Bao sudah memiliki 11 unit bisnis digital. Tiga di antaranya sudah berhasil dia jual.

mark_baoBao kini menjabat sebagai CEO Avecora, sebuah perusahaan yang dia gambarkan bertujuan untuk “mengubah secara fundamental cara kita berkomunikasi dan memfasilitasi interkoneksi antar semua orang dan perangkat komunikasi.” Jaringan global ini rencananya akan dia luncurkan pada 2013. Selain itu, dia juga memiliki beberapa proyek startup lain seperti Genevine, Supportbreeze, dan Classleaf.

Tidak hanya itu, berpendirian bahwa “berkontribusi balik kepada masyarakat melalui mekanisme nonprofit adalah sesuatu yang sangat penting untuk saya”, Bao mendirikan organisasi nonprofit, Genevine Foundation dan The Center for Ethical Business.

“Saya bergerak cepat. Saya ambisius. Saya hadir untuk membawa perubahan,” begitu Bao mendeskripsikan dirinya.

Dalam sebuah wawancara dengan juniorbiz.com, Bao mengatakan cita-citanya adalah mengumpulkan kekayaan hingga US$10 miliar atau Rp90 triliun. Dari jumlah itu, 80 persen akan dia sumbangkan kepada organisasi nonprofit di bidang penelitian dan bantuan kemanusiaan. "Adapun 5 persen lainnya akan digunakan untuk membantu perusahaan startup untuk tumbuh," ucap Bao.

Bao—seorang imigran China—mulai menjadi teknopreneur sejak dia duduk di bangku kelas 5 SD. Menggunakan Visual Basic 6.0 dia menulis sebuah aplikasi sederhana untuk mengatur jadwal membuat PR dan membantu dia menulis makalah. Dia lalu mengkopi program itu ke disket dan menjualnya ke teman-teman sekolah.

Startup pertama dia diluncurkan di tahun pertamanya di SMA. Namanya Debateware.com. Ini adalah system manajemen even untuk organisasi debat. Bao dan partner bisnisnya berhasil menjual program ini ke sebuah organisasi debat terbesar di AS. (*/Vivanews)

Remaja 14 Th Kantongi Belasan Miliar dr Game

Pecandu mobile game dan pengguna iPhone pastinya tak asing dengan Angry Fish. Saking populernya, game ini sempat menduduki posisi nomor 1 aplikasi yang paling banyak diunduh di iTunes App Store. Namun, sejak awal 2011 lalu, tanpa ampun Angry Fish didepak oleh Bubble Ball, sebuah game baru ciptaan Robert Nay, seorang ABG berusia 14 tahun. Ini semacam puzzle game di mana pemain diuji kemampuan berpikirnya untuk membuat gelembung balon sampai di tujuan.

Game gratis ini, tercatat sudah diunduh dua juta lebih orang, hanya dua minggu semenjak diluncurkan. Dengan hitungan-hitungan kasar bahwa untuk setiap game yang diunduh, Apple membayar US$0,99--setara Rp9.000-- Nay sudah mengantongi pendapatan sebesar US$2 juta atau Rp18 miliar, sekali lagi, hanya dalam dua pekan.

Seperti diberitakan laman ABC, Nay memulai mengenal dunia programming ketika dia pertama kali membuat halaman web saat dia duduk di bangku kelas tiga SD. Melihat bakat luar biasanya, teman-temannya lalu meminta dia membuat game sendiri.

Perjalanan Bubble Ball dimulai dari riset Nay di sebuah perpustakaan lokal. Di situ, dia menemukan program bernama Ansca Monile's Corona SDK (Software Development's Kit), yang membantu dia untuk menyederhanakan proses pemrograman game yang dirancangnya itu.

Selama sebulan lebih, Nay yang sekarang menjadi CEO Nay Games, menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk menyelesaikan programnya—total terdiri dari 4.000 baris lebih kode program. Total biaya yang dihabiskannya sekitar US$1.200—berasal dari uang pemberian orangtua Nay, untuk membeli komputer Macintosh dan sejumlah software.

Sukses dengan Bubble Ball, Nay kabarnya sedang mempersiapkan game baru yang lain. Apa game itu, dia masih rapat merahasiakannya. (*/Vivanews)