Saat musim dingin, kebanyakan orang menggunakan sarung tangan. Akan
tetapi, tidak sedikit dari mereka yang justru terganggu karena jari
tangan mereka tidak bebas bergerak.
Kondisi
inilah yang menginspirasi Kathryn KK Gregory yang pada 1994 saat
berusia 10 tahun menciptakan wristies, sarung tangan tanpa jari. Meski
tanpa jari, sarung tangan ini tetap bisa berfungsi untuk menjaga
pergelangan tetap hangat dan jari-jari tetap bebas bergerak. Bagaimana
wristies tercipta? Setelah badai salju New England, KK bermain di
halaman rumahnya membangun sebuah benteng salju bersama adiknya. Meski
sudah mengenakan pakaian musim dingin, KK merasa frustrasi karena salju
terus jatuh di atas lengan mantelnya.
Kemudian, dia masuk rumah.
Ibunya menyarankan agar KK menjahit sesuatu antara lengan dengan sarung
tangan. Dengan bantuan ibunya, dia menjahit beberapa bulu sintetis ke
dalam silinder, pas di atas lengan dan tangannya. Karena ingin agar
jari-jarinya terbebas dari sarung tangan, KK memotong celah
jari-jarinya. Dari situlah muncul ide untuk membuat sarung tangan yang
tetap bisa menghangatkan pergelangan tangan, tetapi tidak mengganggu
jari-jari untuk bergerak. Akhirnya gadis kecil ini menciptakan wristies
yang dipakai di bawah mantel.
Wristies bisa digunakan dengan atau
tanpa sarung tangan. Untuk menguji ketangguhan wristies, Kathryn
meminta bantuan pasukan pramukanya. Siapa sangka hasil penemuan yang
tidak disengaja itu di bisa menghasilkan uang yang tidak sedikit.
Penemuan KK akhirnya dipatenkan dan memakai merek namanya sendiri “KK”.
Kala memulai bisnis di usia muda, KK banyak mengalami tantangan. Hal
tersulit yang dihadapi tentu saja membuatnya serius. Karena usianya yang
masih muda, dia tidak mampu memimpin usaha, sehingga membutuhkan
bantuan sang ibu.
Hal ini membuat munculnya anggapan bahwa ide
wristies datang dari sang ibu. Perjalanan waktu terbukti bahwa wristies
merupakan ide asli KK. Bahkan kala masih belia, dia secara gigih
memasarkan hasil temuannya. Cara pemasaran pertama adalah dengan setia
memakai wristies di pergelangan tangannya sendiri. Hal ini kemudian
memunculkan pertanyaan dan keingintahuan orang yang melihatnya. Dia
menerapkan prinsip pemasaran “Pakai produk Anda, gunakan produk Anda dan
berbicaralah tentang produk Anda”. Dengan cara itulah, dia membangun
label KK.
Tantangan lain yang dihadapinya adalah banyaknya godaan
yang menghampiri. Godaan itu datang sejumlah teman bahkan tidak sedikit
yang mengejeknya. Bahkan, kakaknya sendiri turut menggoda. Namun,
bisnis wristies tetap tumbuh dan media pun sangat tertarik dalam
menceritakan kisah tentang bagaimana anak muda mempunyai ide dan
menjualnya sendiri. Kesuksesan dan kegigihannya pun akhirnya banyak
menjadi berita.
Setelah karyanya mendapat perhatian masyarakat,
KK bersama ibunya mendirikan perusahaan, Wristies Inc, perusahaan yang
memproduksi dan menjual wristies. Sebagai entrepreneur muda, KK bisa
bekerja sama dengan sejumlah perusahaan besar seperti Girl Scouts,
Federal Express, dan McDonald’s. Pada 1997, KK menjadi orang termuda
bisa menjual produk lewat QVC, televisi belanja. Ketika KK sekolah
hingga kuliah, sang ibu selalu membantu mengembangkan usaha.
Setelah
selesai kuliah selama beberapa tahun, dia berkeliling dunia, dari
California hingga Asia Tenggara. KK sekarang menetap di Maine dan
menjabat sebagai presiden perusahaan. Wristies dijual seharga USD10
sampai USD25 di toko-toko terpilih, juga dipasarkan di Amazon.com,
Wristies.com serta media lain. Cerita wristies menjadi kisah mercusuar
bagi siswa di seluruh negeri. Hal ini terbukti memberikan inspirasi dan
digunakan sebagai alat pendidikan dalam kelas. (*/Koran Sindo)
No comments:
Post a Comment