Wednesday, June 20, 2012

Sarah Buckel, Pemilik Paten Kertas Dinding Magnetik

Seperti anak perempuan lain di DuBois, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS), Sarah Buckel menghabiskan waktunya untuk mendekorasi loker sekolah. Dia menginginkan lokernya berwarna seperti yang dilihatnya di layar televisi Disney Channel. Akan tetapi, dia tidak ingin ada sisa lem perekat dari kertas penghias yang masih menempel di dinding loker. Pada 2006, tahun terakhirnya di sekolah menengah pertama, Sarah melihat sejumlah temannya harus tinggal di sekolah justru pada hari terakhir sekolah. Mereka berusaha keras untuk membersihkan sisa-sisa stiker yang masih menempel di dinding loker sebelum meninggalkan sekolah.

sarah_magnet1011Ayah Sarah, Paul Buckel, merupakan pemimpin perusahaan yang dikenal dengan nama Magna Card. Perusahaan ini memulai memproduksi kartu nama bermagnet, dan kemudian memperluas usahanya ke produk lain seperti pita magnetik dan penghapus memo magnetik. Di mata Paul, produk-produk yang dihasilkan perusahaannya sudah mulai ketinggalan zaman. Pendapatnya pun diamini beberapa jaringan toko besar yang menjual magnet dari MagnaCard. Dia menyadari perusahaannya melakukan terobosan dengan menampilkan produk baru yang lebih segar. “Kami adalah perusahaan kecil yang rapi dengan produk-produk yang membosankan. Apabila kami tidak melakukan sesuatu dengan segera, kami akan kehilangan pelanggan,” katanya.

Pada saat yang sama, untuk menghias loker barunya di Sekolah Menengah Atas DuBois dan melihat pengalamannya di sekolah sebelumnya, Sarah meminta ayahnya untuk membuatkan semacam kertas dinding magnetik. Para desainer perusahaan yang diminta merancang produk tersebut, tidak begitu yakin.

Pada awalnya, mereka tidak bisa mengetahui bagaimana untuk memproduksi kertas dinding di bawah 29,99 dolar AS per gulung. Beberapa bulan kemudian, mereka berhasil membuat kertas dinding dengan harga 9,99 dolar AS. Sarah, yang tertarik untuk berkarier dalam bidang desain interior dan merencanakan melanjutkan kuliahnya di sekolah seni, membantu mendesain pola kertas dinding yang dinilai dapat menarik bagi gadis sekolah menengah pertama. Dia menyarankan pola kamuflase merah muda yang populer di tim pemandu soraknya dan memveto sejumlah ide dari kalangan profesional seperti pola tengkorak mini.

Dia juga meminta ayahnya agar rancangan tersebut tetap berada pilihan untuk gadis-gadis praremaja dan remaja. Pasalnya, sang ayah membuat contoh loker untuk ditunjukkan kepada pembeli dengan potongan majalah yang bergambar aktor Nicolas Cage. Sarah memprotes ide ayahnya tersebut. Layakkah Nicolas Cage yang berusia di atas 40 menghiasi loker gadis remaja? Akhirnya pada contoh kertas loker di rumahnya, dia menunjuk gambar Jones Brother, yang dianggapnya lebih sesuai dengan usia remaja. Ternyata pembeli menyukai ide kertas dinding loker tersebut.

Produk tersebut kemudian ditempatkan di sejumlah jaringan toko besar seperti Target, Staples, Rite Aid, dan menghasilkan lebih dari 1 juta dolar AS. ”Ekonomi memang memburuk saat ini. Sejumlah kawan bahkan kehilangan bisnisnya tapi kami mampu menjual di atas satu juta,” kata Paul.

Mereka menjual enam pola kertas dinding yang berbeda, dari motif bunga-bungaan ke motif titik sampai jejak harimau. Tidak hanya itu MagnaCard kemudian membuat sejumlah aksesori tambahan untuk loker, dari magnet bentuk hati sampai hiasan kata-kata seperti “laugh” dan “dream”.

Tak puas dengan itu, Sarah dan ayahnya kembali berinovasi dengan merancang sebuah kit untuk mendekorasi loker khusus untuk edisi ulang tahun, dan Paul juga mengembangkan produk baru dengan menggunakan kertas bermuatan listrik untuk kamar asrama dekorasi dan ruang lainnya. Dari uang hasil hak paten tersebut, mereka pun memutuskan untuk membeli perusahaan MagnaCard. (*/Koran Sindo)

No comments: