Setahun setelah ia bekerja dan usianya baru beranjak 23 tahun, Merry sudah berpenghasilan 220.000 dollar Singapura atau sekira Rp. 1,5 miliar dengan nilai tukar saat ini. Setahun berikutnya, yakni 2004, dia mendirikan perusahaan dengan bendera Merry Riana Organization (MRO). Dua tahun kemu dian di usia 26 tahun, penghasilan totalnya mencapai 1 juta dollar Singapura sekitar Rp 7 miliar.
Kerusuhan Mei 98
Ya, ia di-"ungsikan" oleh orang tuanya ke Negeri Singa saat terjadi kerusuhan di Jakarta pada medium Mei 1998 silam. Singapura menjadi pilihan bagi orang tua Merry, selain dekat juga system pendidikan di sana relatif lebih baik.
Saat itu Merry baru lulus SMA. Cita- citanya untuk melanjutkan kulian di Universitas Trisakti pun buyar karena peristiwa mengenaskan itu. Demi alasan keselamatan ia pun dikirim ke Singapura untuk melanjutkan pendidikannya.
"Waktu itu rasanya seperti dalam film perang. Saya diminta pergi agar saya selamat," ungkap Merry merasakan kesedihanannya yang terjadi 13 tahun lalu kepada KOMPAS (17/7). Tanpa persiapan yang memadai untuk kuliah di luar negeri, ia sempat gagal dalam tes bahasa Inggris di Nanyang Technological University.
Orangtua Merry adalah seorang pebisnis dan ibu rumah tangga. Dengan penuh keberanian, sulung dari 3 bersaudara ini tinggal di Singapura dan mengadu untung di sana. Karena dorongan sang ayah, Merry bercita-cita menjadi seorang insinyur. Cita-citanya tersebut mungkin karena ingin membantu sang ayah dalam menjalankan bisnis.
Merry mulai belajar di bangku kuliah di jurusan Electrical and Electronics Engineering (EEE) di Nanyang Technological University (NTU) pada 1998. Merry mengaku jurusan ini menjadi jurusan paling masuk akal baginya saat itu.
Tanpa bekal dana yang memadai, Merry meminjam dana dari Pemerintah Singapura. Tak hanya untuk biaya kuliah, tetapi juga untuk hidup sehari-hari. Nilai utangnya saat itu mencapai 40.000 dollar Singapura.
Selama kuliah ia harus hidup superhemat. Uang sakunya yang hanya 10 dolar membuatnya harus memutar otak untuk bisa bertahan hidup. Untuk makan, misalnya, Merry lebih sering makan rotatau mie instan, bahkan berpuasa.
Ketika masa kuliahnya memasuki tahun kedua dan menyadari bahwa hidupnya tak berubah, ia mulai membangun mimpi. "Saya membuat resolusi ketika ulang tahun ke-20. Saya harus punya kebebasan financial sebelum usia 30. Dengan kata lain, harus jadi orang sukses. The lowest point in my life membuat saya ingin mewujudkan mimpi tersebut,"papar Merry.
Sembari belajar di NTU, Merry harus menabung untuk membayar pengeluaran sehari-hari dan biaya kuliah. Merry menyadari bahwa ia harus memikirkan masa depannya. Dengan kewajiban pelunasan pinjaman sebanyak itu saat lulus dari bangku kuliah, Merry mulai bekerja keras dan ingin mencapai kesuksesan di usia 30 tahun.
Meski sudah menancapkan impian dan didukung semangat yang menggebu, Merry belum menentukan cara mewujudkannya. Pikirannya baru terbuka setelah magang di perusahaan produsen semikonduktor. Dari situlah ia mulai melakukan hitung-hitungan, seandainya dia menjadi karyawan perusahaan seusai kuliah, maka ia baru bisa melunasi hutangnya dalam waktu 10 tahun, tanpa tabungan.
Memilih Wirausaha
Merry pun menyimpulkan, dengan cara itu impiannya tak bakal terwujud. Inilah yang akhirnya membuatnya mengambil keputusan memilih jalan berwirausaha untuk mencapai mimpinya.
Tanpa pengalaman dan pengetahuan bisnis yang memadai, Merry terjun ke dalam dunia bisnis. Ia mencoba berbagai peluang bisnis. Salah satunya terjun ke multy level marketing. Sayangnya ia tak berhasil di sini, bahkan rugi 200 dollar. Kemudian suatu saat Merry berinvestasi pada saham dengan mengandalkan uang tabungannya yang susah payah ia kumpulkan. Sayang, Merry kehilangan semua investasinya sejumlah 10.000. Meski begitu, Merry kembali bangkit dan berusaha keras untuk menyelesaikan kuliahnya dan menjadi entrepreneur.
Saat Merry memulai karier sebagai seorang penasihat keuangan, ia harus bergulat dengan sejumlah tantangan dan hambatan. Orang tuanya, dosen serta teman-temannya kurang setuju dengan keputusan Merry tersebut. Merry saat itu belum memiliki kemampuan berbahasa Mandarin padahal lebih dari separuh penduduk Singapura ialah etnis China. Sebagai seorang pendatang asing di sana, pengalaman dan relasi Merry sangat terbatas.
Tamat kuliah barulah Merry mempersiapkan diri dengan matang. Belajar dari pengalaman pengusaha sukses, dia mulai dari sektor penjualan di bidang jasa keuangan. Kerja kerasnya menjual berbagai produk keuangan, seperti tabungan, asuransi, dan kartu kredit, hingga 14 jam sehari mulai membuahkan hasil. Dalam waktu enam bulan, ia mampu melunasi utangnya pada Pemerintah Singapura. Tunai!
Atas prestasi yang diraihnya, tahun 2003, Merry dianugrahi Penghargaan Penasihat Baru Teratas yang diidam-idam- kan banyak orang yang menekuni profesi penasihat keuangan. Di tahun 2004, prestasi Merry yang cemerlang membuatnya dipromosikan sebagai manajer.
Dengan bekal manajer itu Merry lantas membentuk tim sendiri hingga akhirnya mendirikan MRO. Setahun setelah itu (2005), Merry menerima penghargaan sebagai Top Agency of the Year dan penghargaan Top Rookie Agency. Dengan penghasilan total 1 juta dollar Singapura di usia 26 tahun, ambisi Merry saat beru sia 20 tahun terwujud.
Seiring dengan usianya yang kian dewasa, menghasilkan uang hingga jutaan dollar bukan menjadi satu-satunya tujuan hidup Merry. Istri Alva Tjenderasa (31) ini lebih menikmati hidup ketika orang lain memperoleh kesuksesan seperti dia.
Tak segan-segan ia membagi pengalaman suksesnya pada orang lain melalui berbagai cara, seperti menjadi pembicara di seminar, perusahaan, sekolah, serta melalui media jejaring social, media massa, dan menulis buku yang tentunya sangat menginspirasi.
Keinginannya untuk terus berbagi tak hanya ia lakukan di Singapura. Pada ulang tahunnya ke-30, ibu dari Alvernia Mary Liu (2,9) ini membuat resolusi baru, yaitu memberi dampak positif pada 1 juta orang di Asia, terutama di tanah kelahirannya, Indonesia. Khusus bagi kaum muda, Group Di rector MRA ini berharap para pemuda mampu memberikan kehidupan yang lebih baik, tak hanya bagi diri mereka sendiri tetapi juga orang tua mereka dan anggota keluarga mereka yang lain.[]berbagai sumber
Merry Riana
Tempat tanggal lahir:
Jakarta, 29 Mei 1980
Nama Suami:
Alva Tjenderasa (31)
Nama Anak:
Alvernia Mary Liu (2,9)
Pendidikan:
S-1 Teknik Elektro Nanyang Technological University, Singapura (1998-2002)7
Pekerjaan:
Group Director Merry Riana Organization
Penghargaan:
• Salah satu pengusaha terbaik di Singapura dari Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura (2008)
• Salah satu wanita paling sukses dan inspiratif dari Menteri Kepemudaan dan Olahraga Singapura (2010)
• Wanita paling inspiratif pada salah satu majalah bulanan Inspirational Woman Magazine (2011)
• Salah satu eksekutuf paling professional dari penampilan dan keahlian berkomunikasi dari surat kabar My Paper, Singapura (2010)
• Duta LG Asia, Watson, dan Canon (2010-2011).
Sumber: KOMPAS (17/8)