Sunday, August 26, 2012

Fauzan Efwandaputra CEO Foremost Indonesia



Anak muda selalu punya gaya. Soal selera, hanya anak muda pula yang memahaminya. Fauzan Efwandaputra, 23, menghimpun anak-anak muda lainnya untuk memproduksi benda keren impian mereka: sepatu kulit mahal handmade bergaya western berciri khas Indonesia.

Jalan-jalan di kawasan Jalan Trunojoyo, Bandung, adalah kegemaran Fauzan Efwan daputra sejak SMP. Efwan, sapaannya, paling doyan menghabiskan uang jajan di surganya distribution store alias distro di Kota Kembang itu.

”Waktu itu, ya kami suka ngabisin duit,” kata Efwan. Tak sekadar menghabiskan uang jajan, Efwan juga punya khayalan. Dia pengin punya distro dan memajang produk-produk fashion-nya sendiri. ”Biasalah, pengin ini pengin itu.”

Impian Efwan mulai menuju titik nyata ketika kuliah. Awal 2010, Efwan mulai menekuni bisnis fashion anak muda dengan cara coba-coba. Coba-coba bikin sepatu, dompet, hingga kaus. Partner bisnis juga masih coba-coba. Dengan si ini, dia cocok. Tetapi, kebanyakan tidak cocok. Hingga akhirnya pada pengujung 2010, Efwan mendirikan Foremost Indonesia. Dia berpartner dengan rekan sejawatnya, Yusuf Ramdhani. Keduanya menjadi pendiri sekaligus pemegang saham Foremost hingga kini.

Efwan memulai bisnis dengan memasarkan produk secara online. Dengan sistem pesan di muka, bisnisnya hampir tanpa modal. Cukup pasang foto contoh, ada order, uang masuk rekening, baru sepatu dibikin. Namun, akhirnya Efwan kewalahan dengan sistem itu. ”Pusing. Banyak yang rewel. Apalagi uang orang ada dikita, butuh kepastian, sedangkan kita lagi produksi,” kenang Efwan.

Akhirnya, dimulailah sistem ready stock. Produk yang dijajakan juga mulai fokus ke sepatu kulit. Eksplorasi produk mulai ditekuni sehingga menjadi suatu ciri. Foremost memilih bahan kulit sapi kualitas terbaik, dibuat secara handmade untuk menjamin jahitan yang rapi. Ada tambahan spons insole sehingga memberi kenyamanan ekstra. Outsole dibikin dengan original sole berbahan dasar karet matang.

Soal gaya, kata Fauzan, Foremost memang memilih gaya western yang digemari anak muda. Namun, ciri khas keindonesiaan tetap ingin ditonjolkan. Original sole Foremost bergambar peta pulau Nusantara dan tulisan aksara Sunda yang berarti ”Kebanggaan Indonesia”. Seperti namanya, Fauzan ingin menjadikan Foremost sebagai merek terkemuka dari Indonesia. Tak Masalah Modal Cekak

Modal kerap menjadi masalah bagi yang ingin merintis bisnis. Namun, itu tak berlaku bagi Efwan. Baginya, tekad kuat untuk memulai berusaha adalah hal terpenting untuk membangun usaha. Ketika memulai dengan sistem pre-order, modal yang dipakai juga tidak banyak. ”Orang bilang kalau pre-order itu modal parkir doang,” katanya.

Setelah diharuskan menggunakan sistem ready stock, Fauzan juga mengaku tidak bermodal banyak. ”Yang penting cukup buat modal kerja dulu,” tambahnya.

Menurut Efwan, masalah penting yang kerap menimpa pebisnis pemula adalah keilmuan yang masih terbatas. Misalnya, pengetahuan mengenai pengelolaan manajemen dan keuangan. ”Akhirnya, saya banyak konsultasi manajemen dengan teman-teman yang lain. Juga belajar merancang laporan keuangan. Itu sangat berguna.”

Untuk pemasaran, Foremost bermain di zona market horizontal. ”Kalau ini tidak terlalu bermasalah asal tak bodoh banget tentang Facebook dan Twitter,” katanya. Setelah sukses bermain di online, dukungan lini offline mulai dibangun. Titik-titik distribusi mulai diseleksi dan dieksekusi.

Sebagaimana merek-merek baru lain yang sedang nge-tren, Foremost juga sangat mengandalkan curated market atau pasar terkurasi. Ajang pameran yang menyeleksi merek-merek terpilih tersebut semakin menguatkan image merek Foremost di mata pencinta sepatu kulit. Ajang curated market yang nge-top adalah Trademark dan Brightspot.

Foremost sudah merilis belasan model. Segmen yang dipilih adalah rentang usia 18–25 tahun alias segmen anak muda menengah ke atas. Foremost dilepas ke pasar dengan harga yang cukup premium, yakni Rp 515 ribu hingga Rp 900 ribuan.



Dalam pemasaran, ada tiga segmen yang menjanjikan market yang menggiurkan. Selain anak muda, ada perempuan dan netizen atau orang tua yang ingin tetap bergaya masa kini. Namun, Efwan beserta timnya memutuskan untuk fokus di segmen anak muda, khususnya cowok. Putusan tersebut diambil lebih karena pemahaman akan selera pasar. Dengan tim yang semuanya cowok, Efwan belum berani menyasar ke segmen perempuan. ”Kalau cowok seumuran ini, kitalah yang paling mendalami. Tapi, kalau cewek, takutnya ngeblur,” katanya. ”Prinsipnya, apa yang kita mau, kita tahu. Yang kita ciptakan adalah yang benar-benar kita butuhkan,” imbuhnya.

Diversifikasi produk juga mulai digarap dengan merilis produk sampingan seperti dompet dan kaus. Foremost juga membangun merek sekunder dengan menyasar segmen harga menengah ke bawah dengan mengusung merek Mc Marker yang baru dirilis pada Maret. Sambutannya cukup meriah.

Dengan harga murah meriah, rata-rata penjualan Mc Marker per bulan bisa menembus 300 pasang. Sementara itu, Foremost masih sangat musiman. Menjelang akhir tahun, Foremost bisa terjual 200 pasang sebulan.

Mc Marker awalnya dibuat sebagai bantalan bisnis agar bisa memutar modal. Namun, karena sambutannya cukup baik, merek sepatu dengan harga berkisar Rp 120 ribu hingga Rp 300 ribu tersebut juga diseriusi. ”Kalau Foremost seperti menjual Mercy, Mc Marker seperti jual Avanza,” katanya.

No comments: